Rabu, 28 Oktober 2015

skripsi bagian akhir refisi 1

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mun’in, Ahmad Rabi’. Pesona Ratu bilqis. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009.

Al-Amiri Mannan, Moh. Romzi. Fiqih Perempuan, Pro Kontra Kepemimpinan Perempuan dalam Wacana Islam Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2011.

As-Suwaidan, Thariq M. dan Basyarahil, Faishal Umar.  Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Jakarta: Gema Insani 2005.

Audah, Ali. Nama dan Kata dalam Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.

Baidan, Nashrudin. Metode Penafsiran al-Qur’an: Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat  yang Beredaksi Mirip, Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Badrulhisyam, Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, (online), http://muslimean.blogspot.com/2010/02/nabi-sulaiman-dan-ratu-balqis.html, diakses tanggal 23 Juni 2015.

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Djusar, Jayusman. Ratu Balqis: Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an, (online), http://jayusmanfalak.blogspot.com/2009/06/ratu-balqis-sejarah-kepemimpinan.html, diakses tanggal 23 Juni 2015.

E. mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter . Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Effendi, Bahtiar. Mutiara terpendam, perempuan dalam literature Islam dan klasik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan skripsi. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al-Qur’an. Yogjakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.

Hakim, Nur. Metodologi Studi Islam. Malang: UMM Press, 2005.

Ismail, Nurjannah. Perempuan dalam pasungan. Yogyakarta: LKiS, 2002.
Laboratorium studi al-Qur’an, Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an, (online), http://laboratoriumstudial-quran.blogspot.com, Diakses tanggal 13 april 2015.

 

Lathifah, Ummu Maryam, Keislaman Sang Ratu Saba’, (online), http://qonitah.com/keislaman-sang-ratu-saba/, diakses tanggal 24 juni 2015.


Listyarti, Retno. Pendidikan karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Erlangga, 2012.

Mahbubi, M. Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Karakter perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2011.

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter, Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Muftisany, Hafidz. Ratu Balqis dari Saba Cermin Wanita Pemimpin, (online), http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/02/06/njcnzp-ratu-balqis-dari-saba-cermin-wanita-pemimpin, Diakses tanggal 13 april 2015.

Nawawi, Hadari, Metodologi bidang social. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.

Novita, Rina dan Hemdi, Yoli. Kisah-kisah Al-Qur’an. Jakarta: Lini Zikrul Kids, 2009.

Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Shihab, M. Quraish. Al-Asma’ Al-Husna dalam Perspekti Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati, 2008.

                                 , M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui. Tangerang: Lentera Hati, 2011.

         , Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol. I, Cet. I. Jakarta: Lentera Hati, 2000.

         , Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Vol. 10, Cet. I. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

                     , Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Vol. 15, Cet. V. Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Stowasser, Barbara Freyer. Terj., Mochtar Zoerni. Reinterpretasi Gender: Wanita dalam Al-Qur’an, Hadis dan Tafsir. Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Sukri, Sri Suhandjati, Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Jender. Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Surackhmat, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1998.

Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Tim Penyusun Pusat. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.


Wadud, Amina. terj., Abdullah Ali. Qur’an Menurut Perempuan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

RIWAYAT HIDUP

Qurriyatul Munawwaroh dilahirkan pada tanggal 08 Maret 1993 di Sukorejo Ponorogo, putra ketiga dari Bapak Sahuri dan Ibu Katirah. Pendidikan SD ditamatkannya pada tahun 2005 di SDN 01 Kedungbanteng Sukorejo Ponorogo.
Pendidikan berikutnya dijalani di MTs Ma’arif Sukosari Babadan Ponorogo ditamatkan pada tahun 2008 dan MA di MA Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo dengan mengambil program studi Pendidikan Agama Islam sampai sekarang.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini
        Nama                   : Qurriyatul Munawwaroh
        NIM                     : 210311149
        Program Studi     : Pendidikan Agama Islam
        Jurusan                 : Tarbiyah STAIN Ponorogo

dengan ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
        Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.


                                                                                                Ponorogo,03 Juli 2015
                                                                                                Yang Membuat pernyataan
                                                                                                (tanda tangan diatas materai 6000)


                                                                                                Qurriyatul Munawwaroh

skripsi bagian inti refisi 1 bab 4 dan 5

BAB IV
ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEPEMIMPINAN RATU BALQIS

 Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci yang terdiri dari 114 surat yang bervariasi panjang-pendeknya, dari yang hanya beberapa baris sampai yang terdiri dari beberapa halaman. Al-Qur’an merupakan petunjuk utama bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang menceritakan ikhwal umat-umat dahulu dan Nabi-nabi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Setiap kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an mempunyai hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil. Salah satu faedah dari kisah yang terdapat dalam al-Qur’an yaitu menanamkan pendidikan akhlakul karimah atau pendidikan karakter dan mempraktikannya dengan meneladani tokoh yang terdapat dalam al-Qur’an, misalnya meneladani kisah kepemimpinan Ratu Balqis yang dapat menjadi acuan dalam pendidikan karakter.
A.    Kepemimpinan Ratu Balqis
1.      Jenis Kepemimpinan
Berdasarkan teori tentang jenis kepemimpinan politik, sebagaimana diulas pada Bab II, Ratu Balqis termasuk dalam jenis pemimpin yang demokratis yaitu pemimpin yang menempatkan manusia sebagi faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin diwujudkan dalam human relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan menghormati. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat manusiawi sebagaimana dirinya. Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis meminta pendapat para pemuka pemerintahan untuk mempertimbangkan apa yang akan dilakukan dalam suatu permasalahan, Ratu tidak memutuskan persoalan sendiri dan juga ketika Ratu menolak usulan pemuka pemerintahan untuk berperang karena mempertimbangkan keselamatan rakyatnya.
2.      Syarat-syarat Kepemimpinan
Berdasarkan teori tentang syarat-syarat kepemimpinan, ratu Balqis paling tidak telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik. Dengan kata lain memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya, serta berpengetahuan dan perpandangan luas.
Hal ini tergambar ketika Ratu mengatakan kepada para pembesarnya bahwa jika seorang raja berhasil memasuki wilayah kerajaan lain, mereka akan menghancurkan negeri itu dan menjadikan penduduknya sebagai budak. Hal ini menunjukkan pengetahuan yang dimiliki Ratu Balqis tentang pemimpin (raja-raja). Ratu Balqis mempertimbangkan keselamatan negeri dan rakyatnya, maka Ratu memilih mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman. Hal ini menunjukkan pandangan yang luas dari ratu Balqis.
Ratu Balqis ketika harus mengakui kekuatan dan kekuasaan Nabi Sulaiman, ia tidak langsung mengakui kebesaran Nabi Sulaiman tetapi ia merangkulnya dan menundukkan diri kepada Dhat yang lebih tinggi dari pada Sulaiman yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini menunjukkan kecerdasan dan kecermelangan pemikiran Ratu Balqis.
Fakta lain yang menunjukkan kecerdasan Ratu Balqis yaitu ketika Ratu Balqis mengenali singgasananya meskipun telah mengalami transformasi.
b.      Kreatif dan Inisiatif
Hal ini tergambar ketika sang ratu tidak memilih untuk melakukan peperangan, beliau memilih untuk mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman as. dan juga para pembesar negara itu guna menunjukkan keinginan untuk berhubungan baik. Padahal Ratu Balqis mempunyai kekuatan bersenjata yang tangguh. Ini menunjukkan bahwa Ratu Balqis merupakan seorang pemimpin yang kreatif dan inisiatif.
c.       Rendah hati
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis cepat memenuhi panggilan kebenaran berdasarkan pengetahuan, bukan berdasarkan perasaan. Bahkan Ratu Balqis mengakui dengan terus terang kesalahan yang dilakukan sebelumnya dalam hal tidak berserah diri kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa Ratu Balqis merupakan seorang pemimpin yang rendah hati.
d.      Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab.
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis mempertimbangkan keselamatan rakyatnya jika dia memilih jalan perang, maka dari itu dia mengambil keputusan untuk mengirim utusan guna memberikan hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk menunjukkan keinginan berhubungan baik, dia bertanggungjawab atas keputusan tersebut, ketika para utusan tersebut kembali dan menyampaikan bahwa Nabi Sulaiman menginginkan Ratu Balqis untuk datang kepada beliau, Ratu Balqis mendatangi kerajaan Nabi Sulaiman. Hal ini menunjukkan tanggungjawab dia terhadap keputusan yang sudah diambil.
Fakta lain yaitu Ratu Balqis berani mengambil keputusan pindah keyakinan dan memantapkan langkahnya untuk mengajak rakyat Saba’ kepada akidah yang benar.
3.      Sifat-Sifat Kepemimpinan Perempuan
Berdasarkan teori tentang sifat-sifat kepemimpinan perempuan, ratu Balqis memilik sifat sebagai berikut:
a.       Partisipasi
Karakter partisipasinya tergambar dari kesukaannya bermusyawarah dan mengungkapkan pendapatnya, seperti pendapat untuk tidak menyetujui peperangan tetapi mengirimkan hadiah.

b.      Kelembutan
Perasaan kasih sayang dan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain dan kondisi mereka akan membantu wanita dalam membangun hubungan-hubungan yang sejati dan tulus, sehingga membuat para pengikut mencintainya dan bergerak bersamanya menuju tujuan-tujuan bersama dengan penuh kesadaran.
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis mempertimbangkan keselamatan rakyatnya jika memilih jalan peperangan, ini menunjukkan kasih sayangnya kepada rakyatnya.
Pilihan Ratu Balqis untuk mengirimkan hadiah itu juga di dasari karena sifat kelembutan.
Ratu Balqis mau menerima tawaran Sulaiman untuk datang dan berpindah keyakinan. Hal ini menunjukkan sifat kelembutan Ratu Balqis. Karena jika Ratu Balqis seorang yang keras kepala maka dia tidak akan mau datang dan berpindah keyakinan.
c.       Kreatif
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita 25% lebih kreatif daripada pria, kreatif dalam menemukan solusi-solusi dan menyumbangkan ide-ide pemikiran untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
Ratu Balqis mempunyai sifat kreatif yaitu melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Ratu Balqis mempunyai kekuatan bersenjata yang tangguh akan tetapi ratu tidak memilih untuk melakukan peperangan, beliau memilih untuk mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman as. dan juga para pembesar negara itu guna menunjukkan keinginan untuk berhubungan baik.
d.      Berpandangan jauh ke depan
Wanita lebih berpandangan jauh ke masa depan yang akan datang, baik di dunia maupun di akhirat. Kajian-kajian telah membuktikan bahwa wanita lebih semangat mencari informasi-informasi dari pada pria, sehingga dengan begitu ia memiliki pandangan yang lebih jauh dari pada pria.
Hal ini tergambar ketika dia tidak memilih jalan perang, karena mempertimbangkan keselamatan rakyatnya karena jika terjadi peperangan pasti mengakibatkan kehancuran bangunan, pengungsian penduduk atau pembunuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Ratu Balqis berpandangan jauh ke depan.
e.       Komunikatif
Hal ini tergambar dari sikap Ratu Balqis yang mengkomunikasikan dengan para pembesar-pembesar kerajannya dan juga berkomunikasi dengan raja Sulaiman dengan baik.
f.       Hubungan-hubungan
Wanita lebih cepat dan lebih kuat daripada pria dalam membangun relasi dengan orang lain. Wanita lebih teliti daripada pria dalam menyadari kesalahan-kesalahan yang dapat berpengaruh negatif bagi hubungannya dengan orang lain.
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis mengirimkan hadiah ke Nabi Sulaiman untuk menunjukkan keinginan berhubungan baik dan juga ketika Ratu Balqis menyadari kesalahannya dan kemudian berpindah keyakinan.
B.     Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kepemimpinan Ratu Balqis
Pendidikan karakter adalah pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya  melalui proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan mengiternalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Berdasarkan teori tentang nilai-nilai pendidikan karakter, ratu Balqis memiliki karakter-karakter sebagai berikut:
1.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri.
a.       Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas daan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri dan masyarakat.
Ratu Balqis mempunyai karakter tanggung jawab, hal ini tergambar ketika Ratu Balqis mengambil keputusan untuk mengirim utusan guna memberikan hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk menunjukkan keinginan berhubungan baik, dia bertanggungjawab atas keputusan tersebut, ketika para utusan tersebut kembali dan menyampaikan bahwa Nabi Sulaiman menginginkan Ratu Balqis untuk datang kepada beliau, Ratu Balqis mendatangi kerajaan Nabi Sulaiman. Hal ini menunjukkan tanggungjawab dia terhadap keputusan yang sudah diambil.
b.      Percaya diri
Sikap Ratu Balqis yang tidak memilih untuk berperang sebagaimana yang terkesan dari jawaban para penasihatnya merupakan karakter percaya diri yang dimiliki oleh Ratu Balqis yaitu bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan dan tidak mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain.
c.       Kreatif
Setelah mengingatkan bahaya perang dan akibat-akibatnya, Ratu Balqis memutuskan untuk mengirim utusan dengan membawa hadiah kepada Nabi Sulaiman as.
Sikap yang dilakukan Ratu Balqis tersebut menunjukkan bahwa ratu berpikir kreatif yaitu melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Ratu Balqis mempunyai kekuatan bersenjata yang tangguh akan tetapi Ratu tidak memilih untuk melakukan peperangan, beliau memilih untuk mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman as. dan juga para pembesar negara itu guna menunjukkan keinginan untuk berhubungan baik.
2.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a.       Menghargai karya dan prestasi orang lain
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis mengakui dan menghormati kekuasaan Nabi Sulaiman dan dengan kecerdasannya Ratu Balqis akhirnya tunduk dan patuh pada kebenaran, sehingga dia mengakui keesaan Allah swt.


b.      Santun
Setelah burung Hud-hud menyampaikan kepada Nabi Sulaiman as. tentang kepemimpinan Ratu Balqis maka Nabi Sulaiman as. mengirimkan surat kepada Ratu Balqis, Ratu mengatakan surat tersebut surat mulia dikarenakan surat itu  bersumber dari raja yang agung atau bisa jadi karena surat itu secara lahiriah telah memenuhi sifat-sifat terpuji yang sesuai tata cara menyurat.
Perkataan Ratu Balqis dengan mengatakan surat yang mulia, itu menunjukkan bahwa Ratu Balqis merupakan pribadi yang santun yang mempunyai sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasanya tersebut.
c.       Demokratis
Setelah Ratu menerima surat dari Nabi Sulaiman, dia tidak langsung memutuskan persolan tersebut sendiri akan tetapi dia memusyawarahkan dengan para pemuka pemerintahan apa yang akan dilakukan setelah menerima surat tersebut. Ratu Balqis dalam pemerintahannya selalu memusyawarahkan semua persoalan dengan para pemuka pemerintahan.
Hal ini menunjukkan bahwa Ratu Balqis merupakan seorang pemimpin yang demokratis yang berfikir, bersikap dan bertindak dengan menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, suka bekerja sama serta mendengar nasihat orang lain (dalam hal ini nasihat para pemuka pemerintahannya), tidak licik dan takabur dan biasa mengikuti aturan.
Di samping itu, Ratu Balqis memiliki karakter-karakter sebagai berikut:
a.       Berpikir jauh kedepan
Hal ini tergambar ketika Ratu Balqis menolak usulan para pemuka pemerintah untuk melakukan peperangan karena Ratu Balqis mempertimbangkan keselamatan rakyatnya dan juga eksistensi kerajaannya.
b.      Cinta damai
. Sikap Ratu Balqis yang menolak untuk melakukan peperangan dan memilih untuk mengirimkan hadiah, ini menunjukkan bahwa Ratu Balqis menyukai perdamaian.
c.       Tegas.

Sikap Ratu Balqis yang menolak usulan para pemuka pemerintahannya, ini menunjukkan karakter tegas yang dimiliki Ratu Balqis, yaitu berani mengatakan tidak terhadap sesuatu yang tidak baik/tidak benar; menghindari sikap dan tindakan ikut-ikutan.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan dalam kepemimpinan ratu Balqis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan dari penelitian ini, yaitu:
1.      Ratu Balqis merupakan pemimpin yang demokratis yang memenuhi syarat-syarat sebagai pemimpin, yaitu memiliki kecerdasan, kreatif dan inisiatif, memiliki keinginan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab.
2.      Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan ratu Balqis, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Naml ayat 22-44 yaitu bertanggungjawab, percaya diri, kreatif, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis dari sikapnya yang mengutamakan musyawarah, berpikir jauh ke depan, cinta damai dan tegas.
B.     Saran
Setelah melalui proses penelitian dan kajian tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kepemimpinan ratu Balqis, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan:
1.      Pendidik harus mampu menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada para peserta didik.
2.      Pendidik harus memiliki karakter-karakter mulia sehingga mampu menjadi teladan bagi peserta didik.
3.      Pendidik harus bisa kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan dan menggunakan metode pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai karakter.