Nama: Qurriyatul Munawwaroh
NIM : 210311149 (TB.E)
ALIRAN JABARIYAH
- Pengertian Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara dalam bahasa
Arab yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Kata
Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah (dengan menambah Yaa’ nisbah)
mengandung pengertian bahwa suatu kelompok atau suatu aliran (isme).
Jabariyah
adalah aliran sekelompok orang yang memahami bahwa segala perbuatan yang mereka
lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan dikarenakan
telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat
yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh
tanggungjawab.. Manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan
digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya.
- Sejarah Kemunculan Aliran Jabariyah
Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah
(660-750 M). Yakni di masa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya
perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak
mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka Muawiyah mencari jalan untuk
memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik yang licik. Ia ingin
memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepala
negara dan memimpin ummat Islam adalah berdasarkan “Qadha dan Qadar/ketentuan
dan keputusan Allah semata” dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di
dalamnya.
Golongan
Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya golongan
Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin
Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang
mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun,
semua perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan
manusia.
Paham
Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut
sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama
mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja’ad bin Dirham, dia juga disebut
sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan
meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga
mengingkari adanya ru’ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat).
- Pemimpin Penganut Aliran Jabariyah
a. Ja'd
Bin Dirham
Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Pendapat-pendapatnya :
Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Pendapat-pendapatnya :
a. Tidak
pernah Allah berbicara dengan Musa sebagaimana yang disebutkan oleh Alqur'an surat An-Nisa ayat 164.
b. Bahwa
Nabi Ibrahim tidak pernah dijadikan Allah kesayangan Nya menurut ayat 125 dari
surat An-Nisa.
b. Jahm
bin Shafwan
Ia berasal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwa dengan Bani Ummayad.
Pendapat-pendapatnya:
Ia berasal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwa dengan Bani Ummayad.
Pendapat-pendapatnya:
a. Bahwa
keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal sebelum
pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin
mencapai soal-soal metafisika dan ba'ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti.
Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum
terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
b. Iman
itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu iman itu
tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah
ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab
ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda
tingkatnya.
c. Tidak
memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula kepada
manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu. Maka Allah
tidak diberi sifat sebagai satu zat atau sesuatu yang hidpu atau
alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia memiliki sifat-sifat
yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan Qadir/kuasa, Pencipta,
Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu hanya tertentu untuk
Allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.
- Ajaran Pokok aliran Jabariyah.
a) Masalah sifat Alloh SWT. Jahm bin Shafwan tidak membenarkan Alloh SWT diberi sifat-sifat yang terdapat pada makhluk-Nya. Yang demikian itu membawa penyerupaan Allah SWT dengan ciptaan-Nya.
b) Tentang Surga dan Neraka. Surga dan neraka serta aktivitas penghuninya
akan berakhir. Firman Allah SWT yang berbunyi (mereka kekal di dalamnya)
disebutkan majas, bukan kekekalan yang sesungguhnya sebab yang kekal hanyalah
Allah SWT. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman : Artinya : ” Mereka (penghuni
surga dan neraka) kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali Alloh
swt menghendaki yang lain …”.(QS. 11 : 107 – 108).Ayat tersebut menngandung
syarat dan pengecualian kekekalan surga dan neraka. Bagi Jabariyah pahala dan
siksaan pun merupakan paksaan karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia
tidak memiliki pilihan dan daya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang
yang digerakkan dalang.
c) Masalah Iman dan Kufur.Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Alloh swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah SWT orang demikian tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna. Firman Alloh swt :Artinya : “Bukanlah kamu yang menghendaki, tetapi Allohlah yang menghendaki”. (QS. Al-Ihsan : 30).
d) Tentang Qudrat dan Iradat Manusia.Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah SWT membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya. Firman Allah SWT :Artinya : “Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”. (QS. As-Shaffat : 96).
c) Masalah Iman dan Kufur.Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Alloh swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah SWT orang demikian tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna. Firman Alloh swt :Artinya : “Bukanlah kamu yang menghendaki, tetapi Allohlah yang menghendaki”. (QS. Al-Ihsan : 30).
d) Tentang Qudrat dan Iradat Manusia.Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah SWT membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya. Firman Allah SWT :Artinya : “Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”. (QS. As-Shaffat : 96).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar