Kamis, 14 Februari 2013

amalan-amalan bulan-bulan Hijriyah


Keutamaan dan amalan di bulan muharram
1. Termasuk Empat Bulan Haram (Suci)
Allah berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)
Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab. Pada bulan-bulan ini, masyarakat Arab dilarang berperang karena disucikannya keempat bulan tersebut. Oleh karena itu, ia juga dinamakan Syahrullah Asham شهر الله الأصم, yang artinya Bulan Allah yang Sunyi karena larangan berperang itu.
Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
2. Dinamakan Syahrullah atau Bulan Allah
Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An Nawawi menyebutkan bahwa, “Hadits ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah.” Sementara Imam As Suyuthi menjelaskan bahwa  berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah).
3. Bulan Kemenangan Musa atas Firaun
Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau menceritakan,
لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا ، يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ، وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ . فَقَالَ « أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ » . فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. Al Bukhari)
4. Disunnahkan Puasa Asyura
Pada hari Asyura tersebut, tanggal 10 Muharram, disunnahkan untuk melaksanakan puasa.
Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Wahai penduduk Madinah, di mana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini hari Asyura, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka.” (HR Bukhari 2003)
Adapun keutamaan shaum tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Qatadah, bahwa shaum tersebut bisa menghapus dosa-dosa kita selama setahun yang telah lalu (HR Muslim 2/819)
Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas beliau berkata: “Yang dimaksud dengan kaffarat (penebus) dosa adalah dosa-dosa kecil, akan tetapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dengan shaum tersebut dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia pun tidak memiliki dosa-dosa besar, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya.”
5. Disunnahkan Puasa Tasua untuk Berbeda dengan Yahudi
Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa tanggal 9 Muharram untuk membedakan diri dengan orang Yahudi yang hanya melaksanakan puasa tanggal 10 Muharram.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shaum Assyura dan memerintah para sahabat untuk melaksanakannnya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah hari tersebut (assyura) adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Insya Allah jika sampai tahun yang akan datang aku akan shaum pada hari kesembilannya”. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal sebelum sampai tahun berikutnya” (HR Muslim 1134)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shaumlah kalian pada hari assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (HR Ath-Thahawy dan Baihaqy serta Ibnu Huzaimah 2095)
6.Puasa Sunnah tanggal 11 Muharram
Sebagian ulama berpendapat, dianjurkan melaksanakan puasa tanggal 11 Muharram, setelah puasa Asyura’.
صوموا يوم عاشوراء وخالفوا فيه اليهود وصوموا قبله يوما أو بعده يوما
“Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).
Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadis ini juga dikuatkan hadis lain, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra dengan lafadz:
صوموا قبله يوماً وبعده يوماً
“Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.”
Menurut Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth, hadits ini dha’if. Sementara Imam Ahmad mengatakan, “Jika awal bulan Muharram tidak jelas maka sebaiknya puasa tiga hari: (tanggal 9, 10, dan 11 Muharram), Ibnu Sirrin menjelaskan demikian. Beliau mempraktekkan hal itu agar lebih yakin untuk mendapatkan puasa tanggal 9 dan 10.”
7. Meluaskan Belanja pada Hari Asyura
Dari hadits Abi Said Al Khudhri Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Siapa yang meluaskan belanja kepada keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan meluaskan atasnya belanja selama setahun.”
Oleh sebagian ulama hadits, hadits ini dilemahkan, namun sebagian lainnya mengatakan hadits ini shahih, lalu sebagian lainnya mengatakan hasan. Menurut Imam An Nawawi hal ini adalah amal yang dasar hukumnya lemah.
Yang menshahihkan di antaranya adalah Zainuddin Al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin. As Suyuthi dan Al-Hafidz Ibnu Hajarmengatakan bahwa karena begitu banyaknya jalur periwayatan hadits ini, maka derajat hadits ini menjadi hasan bahkan menjadi shahih.
Sehingga Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya Al Ikhtiyarat termasuk yang menganjurkan perbuatan ini di hari Asyura.
8. Bersedekah pada Hari Asyura
Rasulullah bersabda, “Siapa yang puasa hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang bersedekah pada hari itu, dia seperti bersedekah selama setahun.”
Pada hari itu juga disunnahkan untuk bersedekah, menurut kalangan mazhab Malik. Sedangkan menurut mazhab lainnya, tidak ada landasan dalil yang secara khusus menyebutkan hal itu dan kuat derajat haditsnya. Sebabnya adalah mereka mendhaifkan hadits tersebut di atas.
Sedangkan bersedekah dengan dasar keumuman keutamaan bulan Muharram dan keumuman sunnah shadaqah, maka hukumnya mubah.

Redaktur: Shabra Syatila
Sumber: www.fimadani.com


Keutamaan bulan safar
Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.
Menurut bahasa Safar berarti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning. Sebab dinamakan Safar, karena kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh. Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya. Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan. Pendapat lain menyatakan bahwa Safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.
selain dari definisinya yang banyak versi, ternyata banyak kontroversi mengenai bulan ini. Banyak yang bilang kalo bulan safar ini adalah bulan sial. bulan yang tidak bagus buat ngadain sebuah hajatan atau melakukan hal-hal penting, ini lah.. itu lah… itu semua adalah salah satu bentuk khurafat (tahayul atau mitos). Khurafat adalah salah satu bentuk penyelewengan dalam akidah Islam.
Keyakinan tersebut, yaitu tidak boleh melakukan pernikahan, khitan, atau semisalnya pada bulan Shafar merupakan salah satu bentuk perbuatan menganggap sial bulan tersebut. Perbuatan menganggap sial bulan-bulan tertentu, hari-hari tertentu, burung atau hewan-hewan tertentu lainnya adalah perbuatan yang tidak boleh.
Menganggap sial bulan Shafar sekaligus termasuk salah satu jenis tathayyur yang terlarang. Itu termasuk amalan jahiliyyah yang telah dibatalkan (dihapuskan) oleh Islam. Menganggap sial bulan Shafar termasuk kebiasaan jahiliyyah. Perbuatan itu tidak boleh. Bulan (Shafar) tersebut seperti kondisi bulan-bulan lainnya. Padanya ada kebaikan, ada juga kejelekan. Kebaikan yang ada datangnya dari Allah, sedangkan kejelekan yang ada terjadi dengan taqdir-Nya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallah ‘anhu bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” [HR. Al-Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)]
Kepercayaan atau mitos/tahayul tersebut langsung dibantah oleh Rasulullah Saw.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”
Namun kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasul sudah menegaskan mitos itu tidak benar.
Hingga kini pun masih ada umat Islam yang tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Safar karena percaya terhadap khurafat tersebut. Sebuah keyakinan yang dapat menjerumuskan kepada jurang kemusyrikan.
Bahkan, sampai ada “amalan khusus”, misalnya hari Rabu membaca syahadat tiga kali, istighfar 300 kali, ayat kursi tujuh kali, surat Al-Fiil tujuh kali, dan sebagaiya. Jelas, itu amalah khurafat dan bid’ah yang tidak bersumber dari ajaran Islam dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat.
Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar. Allah Swt menegaskan:
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51 ).
Tidak amalan istimewa atau tertentu yang dikhususkan untuk dirayakan pada bulan Safar. Amalan bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan pada bulan-bulan lain. Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliah sebelum kedatangan Islam.
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).
Pergantian malam dan siang, pekan demi pekan dan bulan demi bulan adalah merupakan salah satu tanda kekuasaanNya, sehingga semua itu tidak ada hubungannya dengan nasib celaka atau keberuntungan manusia. Manusia akan mendapatkan keberuntungan atau sebaliknya mendapatkan bencana dan malapetaka adalah karena takdir dariNya, bukan berkaitan dengan suatu masa tertentu. Namun sangat disayangkan sekali tradisi Jahiliyah yang berkeyakinan bahwa ada hari baik dan ada hari buruk telah terwariskan oleh hampir seluruh wilayah di dunia ini, dari kawasan Jazirah Arab pada zaman sebelum Islam hingga saat ini di kawasan India dan sampai di Indonesia ( khususnya jawa ) mereka berkeyakinan bahwa ada hari-hari yang baik dan ada hari-hari yang na’as, demikian juga ada bulan-bulan yang membawa kebaikan dan ada bulan-bulan yang membawa malapetaka. Di antara bulan-bulan yang mereka anggap sebagi bulan penuh bala adalah bulan shafar.
Awal mula kesyirikan yang menganggap bahwa adanya hari dan bulan yang baik dan yang buruk berawal dari adat jahiliyah yang mereka terima dari tukang-tukang sihir ( kahin ). Dan bulan shafar ini mereka masukan ke dalam bulan yang penuh dengan malapetaka. Beberapa jenis keyakinan syirik yang bertentangan dengan Islam yang terjadi pada bulan Shafar adalah:
1. Masyarakat Arab Jahiliyah menganggap bulan shafar sebagai bulan penuh kesialan.( Shahih Bukhari no. 2380 dan Abu Dawud no. 3915 ).
2. Masyarakat Arab Jahiliyah juga meyakini adanya penyakit cacing atau ular dalam perut yang disebut shafar, yang akan berontak pada saat lapar dan bahkan dapat membunuh orangnya, dan yang diyakini lebih menular dari pada Jarab ( penyakit kulit / gatal ). ( Shaih Muslim : 1742, Ibnu Majah : 3539 )
3. Keyakinan masyarakat Arab Jahiliyah bahwa pada bulan shafar tahun sekarang diharamkan untuk berperang dan pada shafrar tahun berikutnya boleh berperang. ( Abu Dawud : 3913, 3914 ).
4. Keyakinan sebagian mereka yang menganggap bahwa umrah pada bulan-bulan haji termasuk bulan Muharam ( shafar awal ) adalah sebuah kejahatan paling buruk di dunia. ( Bukhari no. 1489, Muslim : 1240, 1679 ).
5. Sebagian orang-orang di India yang berkeyakinan bahwa tiga belas ( 13 ) hari pertama bulan shafar adalah hari naas yang banyak diturunkan bala’. ( Ad-Dahlawi, Risalah Tauhid )
6. Keyakinan sebagian umat Islam di Indonesia bahwa pada setiap tahun tepatnya pada hari rebo wekasan Alloh menurunkan 320.00 ( tiga ratus dua pulun ) malapetaka atau bencana. ( Al-Buni dalam Kitab Al-Firdaus serta Faridudin dalam Kitab Awradu Khawajah dan tokoh-tokoh sufi lainnya ).
7. Mengenai rebo wekasan ini mereka juga berkeyakinan tidak boleh melakukan pekerjaan yang berharga atau penting seperti pernikahan, perjalanan jauh, berdagang dan lain-lain, jika tetap dilakukan maka nasibnya akan sial.
tapi, meskipun banyak sekali komentar dan kepercayaan negatif tentang bulan safar ini, tidak memundurkan rasa cinta saya terhadap bulan  ini. bagi saya, bulan safar adalah salah satu perjalanan yang memang harus dilalui. suatu perjalanan menjadi seseorang yang lebih baik dengan mengintrospeksi diri kita. setiap orang pasti punya jalan hidupnya sendiri-sendiri. layaknya jalan raya, jalan kehidupan ini pun tak selamanya lurus-lurus aja. jalan itu berliku, menanjak, menurun, ada yang mulus, ada yang rusak… nasib seseorang itu tergantung pada peran seseorang tersebut dalam menjalani kehidupan. Allah SWT pernah bersabda:
“Mereka (para Rasul) berkata: “Kesialan / Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib sial?). Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”(QS. Yaasiin, ayat 19)
Islam tidak mengenal adanya hari atau bulan naas, celaka, sial, malang dan yang sejenis. Yang ada hanyalah bahwa setiap hari dan atau bulan itu baik, bahkab dikenal hari mulia (Jum’at) dan bulan mulia (seperti bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah). kalaupun memang ada kenaasan atau kejadian yang kurang baik itu adalah takdirNya. tidak ada hubungannya dengan bulan yang tidak baik.
Posted by IPNU IPPNU PAC NGASEM

DOA PERMULAAN BULAN SAFAR BESERTA TERJEMAHANNYA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَعُوْذُبِا اللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ. وَأَعُوذُبِجَلاَلِكَ وَجَلاَلِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلاَلِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنِي وَوَالِدَيَّ وَأَوْلاَدِيْ وَأَهْلِي وَأَحِبَّائِي. وَمَا تُحِيْطُ شَفَقَّهُ قَلْبِي مِنْ شَرِّ هَذِهِ السَّنَةِ وَقِنِي شَرَّمَا قَضَيْتَ فِيْهَا. وَاصْرِفْ عَنِّي شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ. يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ وَاخْتِمْ لِيْ فِي هَذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِاالسَّلاَمَةِ وَالعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلاَدِيْ وَلِلأَهْلِيْ. وَمَا تُحُوْطُهُ شَفَقَّهُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ.
“Aku berlindung dengan Allah dari kejahatan waktu ini dan penduduknya, dan aku berlindung dengan keagunganMU, Keagungan ZatMU dan Kesempurnaan Keagungan KesucianMU, agar menjauhkan diriku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, orang-orang yang aku sayangi dan sesiapa yang hatiku kasih kepadanya, dari keburukan tahun ini, dan selamatkanlah aku daripada kejahatan yang telah ENGKAU tetapkan dalam tahun ini dan jauhkanlah daripadaku keburukan bulan safar, wahai Allah Yang Mulia pandangan rahmatNYA dan tutuplah pada bulan dan saat ini dengan keselamatan, afiah dan kebahagiaan kepadaku kedua orang tuaku, anak-anakku dan sesiapa yang hatiku kasih kepadanya dan seluruh orang Islam”
Al-Fadhil ,Ustazuna Muhadir bin Haji Joll as Sanariy Hafizhahullah, Safar 1433H
Tambahan :
SAFAR AL KHEIR…
Merupakan salah satu dari bulan2 sunnah (diisi dengan amalan2 sunnah) dan dinamakan oleh baginda Nabi saw sebagai Safar al Khair ( Safar bulan kebaikan)…
Kebanyakan dari umat2 yang terdahulu dimusnahkan pada bulan ini…
Antara amalan sepanjang hari di dalam bulan ini; dgn niat penjagaan dari mala petaka:
1) Syahadatain 3 kali
2) Istighfar 300 kali
3) Sedekah harian dengan niat supaya terangkatnya bala. Nabi saw pernah bersabda… Sesiapa yang memberitakan kepadaku tentang berakhir bulan Safar, maka disunatkan pada 27 Safar untuk menyembelih haiwan (lalu disedekahkan) ikhlas kerana Allah Taala.
4) al Fil dibaca 7 kali
5) Ayatul Kursiy 7 kali setiap hari.
ADAB RABU TERAKHIR BULAN SAFAR:
1) Syahadatain 3 kali
2) Istighfar 300 kali
3) Ayatul Kursiy 7 kali
4) al Fil 7 kali …. lalu diamalkan secara menyeluruh olehnya diri dan anggota keluarga…
Afdhalnya:
Pada waktu siang Rabu terakhir tersebut janganlan keluar dari rumah.
Kerana Sh Abdullah Faiz ad Daghestani qaddasaLLAHU sirrahu pernah berkata:
” Pada hari Rabu terakhir Safar, akan diturunkan 70 000 bala…. Sesiapa yang menjaga (seperti yang telah disebutkan tadi) insya Allah akan dipelihara Allah Taala…
Allahu Haq! Hidayah Seluruh Alam:
KAIFIAT SOLAT SUNAT RABU TERAKHIR BULAN SAFAR:
Berikut dimuatkan kaifiat dan fadhilat sembahyang pada hari Rabu khir Bulan Safar sepertimana yang al-faqir petik daripada Kitab Bada’uz Zuhur karangan al-’Allamah Syeikh Wan Ahmad Bin Muhammad Zain Al-Fathani yang dihimpunkan semula oleh al-Marhum Tuan Guru Hj.Wan Mohd.Saghir Abdullah terbitan Khazanah Fathaniyyah cetakan 1997. Inilah dia amalan tersebut : -
1) Niat Solat sunat (Mutlak) 4 Rakaat.
2) Tiap-tiap rakaat selepas al-Fatihah membaca :-
a. Surah al-Kauthar (17x)
b. Surah al-Ikhlas (5x)
c. Surah al-Falaq (1x)
d. Surah an-Nas (1x)
3) Selepas solat bacalah doa ini :
بسم الله الرحمن الرحيم.
اَللّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى. وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ.
يَا عَزِيْـــزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ
إِكْفِنِي مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ
يَا مُحْسْنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ
يَا مَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ
أَكْفِنِي هَذَ اليَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِى
فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِا اللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
وصلّى الله على سيّدنا محمّدٍ وعلى آله وصحبه وسلِّم
**mulakan adab doa dengan pujian kepada Allah kemudian apitkan dipermulaan doa dengan selawat atas Nabi Muhammad s.a.w dan apitkan akhir doa dengan selawat atas Nabi Muhammad s.a.w juga.
RUJUKAN :
1. Kitab Bada’uz Zuhur karangan al-’Allamah Syeikh Wan Ahmad Bin Muhammad Zain Al-Fathani yang dihimpunkan semula oleh al-Marhum Tuan Guru Hj.Wan Mohd.Saghir Abdullah terbitan Khazanah Fathaniyyah cetakan 1997, m/s: 57 dan 58.
2. Tuhfatul Authan, Hj Ahmad bin Muhammad Said al-Linggi (Mufti Negeri Sembilan)
3. al-Bahjatul Mardiyyah, as-Syeikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathani
SUMBER :
http://www.rawatanislam2u.com/2011/02/amalan-bulan-safar-mengikut-futuhat.html


Amalan-Amalan di bulan Rabi’ul Awwal

Kesimpulan :
1. Memperbanyak shalawat serta salam untuk Rasulullah SAW.
2. Mengadakan walimah dengan berbagai kegiatan dengan tujuan meningkatkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
3. Bergembira dengan bersyukur atas hikmah (Rasulullah SAW)
4. Bersedih pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal (Wafat Rasulullah SAW).
Di bulan ini setiap Muslim disunahkan untuk memperbanyak shalawat serta salam untuk Rasulullah SAW. Karena di bulan yang mulia ini telah tampak kebaikan yang merata kepada seluruh alam, telah tampak pula kebahagia’an orang-orang yang paling bahagia dengan terbitnya bulan penerang bumi, yaitu lahirnya Nabi Muhammad SAW di dunia ini. Dengan lahirnya Rasulullah di bulan ini, dikenanglah bulan Rabi’ul Awal sebagai hari yang paling penting bagi umat islam, oleh karena itu bulan ini dijadikan sebagai hari berkumpulnya umat islam untuk mendengarkan kisah kelahiran Rasulul islam yang sangat mulia, agar mereka memperoleh barakah dan keutamaan yang suci.
Umat islam selalu memperingati bulan kelahirannya, sehingga mengadakan walimah, dan menyedekahkan sebagian hartanya kepada saudaranya yang membutuhkan dalam bentuk apapun, mereka juga menampakkan kegembira’an mereka karena terlahirnya Rasulullah SAW, mereka selalu memperhatikan kisah kelahirannya, dengan penuh kekhusyu’an dan penghayatan, sehingga barakah Rasulullah SAW-pun menyelimuti hati mereka, sehingga membuat hati mereka tentram dan tenang.
Mungkin dalil-dalil ini sudahlah cukup sebagai jawaban atas pertanya’an diatas. Yang paling penting bagi seorang muslim adalah memperbanyak shalawat atas nabi Muhammad SAW di bulan ini. Karena salawat ini sendiri mempunyai keutama’an yang paling besar. Karena Allah SWT akan tetap menerima shalawat seseorang meskipun dalam ke’ada’an lalai.
Barang siapa membaca shalawat kepada nabi SAW, maka shalawat tersebut akan diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadist: “Bershalawatlah kepadaku? Karena sesungguhnya shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku”. Lain lagi dengan dzikir-dzikir yang lain, karena dzikir-dzikir yang lain membutuhkan kekhusyu’an agar dzikir-dzikir tersebut di terima oleh Allah SWT. Masih banyak lagi keutama’an shalawat kepada nabi.
Gembira dan senang dengan adanya Rasulullah SAW adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Quran, yaitu firman Allah SWT :
( قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ )[يونس:58]
” Katakanlah dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya , hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Allah SWT telah memerintahkan kita untuk bergembira atas rahmat yang Allah berikan kepada kita. Sedangkan Nabi Muhammad SAW adalah rahmat yang paling mulia dan yang paling besar bagi kita. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman :
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين )[الأنبياء:107].
” Kita tidak mengutusmu kecuali sebagi rahmat bagi semua yang ada dialam semesta”.
Peryataan bahwa perayaan maulid Nabi adalah amalan bid’ah adalah peryataan sangat tidak tepat, karena bid’ah adalah sesuatu yang baru atau diada-adakan dalam Islam yang tidak ada landasan sama sekali dari dari Al-Qur’an dan as-Sunah. Adapun maulid walaupun suatu yang baru di dalam Islam akan tetapi memiliki landasan dari Al-Qur’an dan as-Sunah.
Pada maulid Nabi di dalamnya banyak sekali nilai ketaatan, seperti: sikap syukur, membaca dan mendengarkan bacaan Al-Quran, bersodaqoh, mendengarkan mauidhoh hasanah atau menuntut ilmu, mendengarkan kembali sejarah dan keteladanan Nabi, dan membaca sholawat yang kesemuanya telah dimaklumi bersama bahwa hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama dan ada dalilnya di dalam Al-Qur’an dan as-Sunah.
Hal ini berbeda dengan penempatan waktu perayaan maulid Nabi pada bulan Rabiul Awal, karena orang yang melaksanakan maulid Nabi sama sekali tidak meyakini, apalagi menetapkan hukum bahwa maulid Nabi tidak boleh dilakukan kecuali bulan Robiul Awal, maulid Nabi bisa diadakan kapan saja, dengan bentuk acara yang berbeda selama ada nilai ketaatan dan tidak bercampur dengan maksiat.
Pengkhususan waktu maulid disini bukan kategori takhsis yang di larang syar’i tersebut, akan tetapi masuk kategori tartib (penertiban).
Empat Peristiwa Penting di Bulan Rabi’ul Awwal :
1. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam lahir.
Beliau lahir di kota Makkah pada hari Senin tanggal 9 Rabi’ul Awwal pada tragedi pasukan bergajah (atau sering disebut dengan “Tahun Gajah”) yang bertepatan dengan tahun 571 Masehi. Beliau adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab, seorang wanita terkenal dikalangan bangsa Quraisy.

2. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam melakukan Isra’ Mi’raj.
Peristiwa Isra’ Mi’raj sebenarnya terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian, bukan 27 Rajab sebagaimana banyak diyakini sekarang ini. Isra’ adalah perjalanan Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dari Masjid al-Haram ke Baitul Maqdis (Palestina) sedangkan Mi’raj adalah perjalanan dari Baitul Maqdis ke langit dunia (langit ketujuh). Disinilah pertama kalinya keluar perintah sholat 5 (lima waktu).

3. Hijrah ke Madinah
Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam hijrah dari kota Makkah menuju Madinah pada malam Senin, awal bulan Rabi’ul Awwal tahun 1 H (16 September 622 M). Sebenarnya perjalanan Hijrah ini dimulai pada tanggal 27 Shaffar tahun 14 Kenabian (622 M) ketika Beliau bersama Abu Bakar Ash Shiddiq rodhiyallohu ‘anhu meninggalkan rumah Beliau menuju Gua Tsur. Adapun pada malam Rabi’ul Awwal itu adalah fase dimulainya perjalanan menuju kota Madinah (Gua Tsur masih terletak di sekitar Makkah).

Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dalam perjalanannya sempat menyinggahi Quba pada hari Senin 8 Rabi’ul Awwal tahun 14 Kenabian kemudian tiba di Madinah pada hari Jum’at di bulan tersebut.
Jadi Hijrah Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam itu terjadi di bulan Rabi’ul Awwal bukan bulan Muharram seperti yang banyak diyakini.
4. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam wafat
Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam wafat di kota Madinah setelah mengalami sakit selama kurang lebih 14 hari. Beliau dimakamkan di kamar Aisyah rodhiyallohu ‘anha.



Amalan-amalan sunah di bulan Rabi’ul akhir adalah sama seperti amalan-amalan sunah di bulan-bulan lainnya. Tidak ada amalan-amalan istimewa dibulan Rabi’ul akhir yang menjadi amalan Rasulullah SAW ataupun para sahabat dan salafus-soleh. Kita dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan kebaikan seperti biasanya.
Peristiwa Penting di Bulan Rabi’ul Akhir
1. Peperangan, ada beberapa peperangan yang dicatat berlaku pada zaman Rasulullah s.a.w yang berlaku di bulan Rabiulakhir diantaranya Peperangan Najran, Pengusiran kaum Yahudi Bani Nadir, Peperangan Al-Ghabah / Zi-Qarad dan Peperangan Al-Ghamar.
2. Pengepungan Damsyik – pada zaman Khalifah Abu Bakar As-Siddiq r.a diketuai oleh Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah dan Khalid bin Al Walid r.a tahun 14 Hijrah dan seterusnya membawa kepada pembukaan Damsyik.
3. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq r.a meninggal dunia dan Saidina Umar Al-Khattab r.a di bai`ah menjadi Khalifah yang kedua.
4. Peperangan Jamal – tahun fitnah dimana Saidatina Aisyah r.ha terheret dalam kancah peperangan menentang Khalifah Ali r.a.
5. Ramai sahabat-sahabat yang gugur syahid diantaranya Talhah r.a dan Ibnu Zubir r.a. Imam Ghazali r.h meninggal dunia.


Amalan-amalan sunah di bulan Jumadil Awal adalah sama seperti amalan-amalan sunah di bulan-bulan lainnya. Tidak ada amalan-amalan istimewa dibulan Jumadil Awal yang menjadi amalan Rasulullah SAW ataupun para sahabat dan salafus-soleh. Kita dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan kebaikan seperti biasanya.


Amalan-amalan sunah di bulan Jumadil Akhir adalah sama seperti amalan-amalan sunah di bulan-bulan lainnya. Tidak ada amalan-amalan istimewa dibulan Jumadil Akhir yang menjadi amalan Rasulullah SAW ataupun para sahabat dan salafus-soleh. Kita dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan kebaikan seperti biasanya.


Mempersiapkan diri memasuki bulan ramadhan agar termasuk para pemenang di bulan tersebut dan memperoleh lailatul qadar. Persiapan dilakukan dengan cara melatih hati dan jasmani dengan ibadah dan ketaatan dan merendahkan diri di hadapan Allah serta melaksanakan segala perintahNya. Wallahu a’lam bish-shawab.
Keterangan :
1. Tidak ada satu shalat pun yang dikhususkan pada bulan Rajab, juga tidak ada anjuran untuk melaksanakan shalat Roghoib pada bulan tersebut.
2. Di antara ajaran yang tidak ada tuntunan yang diada-adakan di bulan Rajab adalah perayaan malam Isro’ Mi’roj pada tanggal 27 Rajab.(Al Bida’ Al Hawliyah, 275).
3. Mengkhususkan Berpuasa di Bulan Rajab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Adapun mengkhususkan bulan Rajab dan Sya’ban untuk berpuasa pada seluruh harinya atau beri’tikaf pada waktu tersebut, maka tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat mengenai hal ini.
Adapun melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if) bahkan maudhu’ (palsu). Para ulama tidaklah pernah menjadikan hadits-hadits ini sebagai sandaran. Bahkan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta.”(Majmu’ Al Fatawa, 25/290-291)
Adapun perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpuasa di bulan-bulan haram yaitu bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, maka ini adalah perintah untuk berpuasa pada empat bulan tersebut dan beliau tidak mengkhususkan untuk berpuasa pada bulan Rajab saja. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 25/291)
Ringkasnya, berpuasa penuh di bulan Rajab itu terlarang jika memenuhi tiga point berikut:
1. Jika dikhususkan berpuasa penuh pada bulan tersebut, tidak seperti bulan lainnya sehingga orang-orang awam dapat menganggapnya sama seperti puasa Ramadhan.
2. Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut adalah puasa yang dikhususkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana sunnah rawatib (sunnah yang mengiringi amalan yang wajib).
3. Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut memiliki keutamaan pahala yang lebih dari puasa di bulan-bulan lainnya. (Lihat Al Hawadits wal Bida’, hal. 130-131. Dinukil dari Al Bida’ Al Hawliyah, 235-236).
Bulan rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan haram sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (At-Taubah 36)
Empat bulan haram itu disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW berikut :
إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السماوات والأرض السنة اثنا عشر شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القَعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان (رواه البخاري ومسلم).
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tiga diantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa’dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bulan-bulan haram memiliki kedudukan yang agung, dan bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan tersebut. Dinamakan bulan-bulan haram karena :
1. Diharamkannya berperang di bulan-bulan itu kecuali musuh yang memulai.
2. Keharaman melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dibulan ini lebih besar di bandingkan bulan yang lain.
Allah berfirman :
يا أيها الذين آمنوا لا تحلوا شعائر الله ولا الشهر الحرام
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram” (Al-Maidah 2)
Yaitu janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan sehingga merusak kesucian bulan-bulan tersebut. Larangan ini mencakup melakukan atau beritikad melakukan perbuatan dosa.
Karena kedudukannya yang khusus itu mak hendaklah dijaga kesucian bulan-bulan haram dengan menjauhi maksiat, sebab kadar dosa dan maksiat akan diperbesar karena pemuliaan Allah atas bulan-bulan tersebut.
Karena itulah Allah telah secara khusus memperingatkan kita di ayat yang lalu agar jangan menzalimi diri di bulan-bulan itu padahal secara umum perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu.


Posted on June 24, 2008 by Syamsuri Rifai
Bulan Rajab adalah bulan yang mulia dan utama. Bulan yang istimewa untuk berdoa dan bermunajat, mengadu dan menangis kepada Allah Yang Maha Agung. Bulan yang istimewa untuk mempersiapkan diri memasuki bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah yaitu bulan suci Ramadhan.
Di antara keutamaan bulan Rajab di dalamnya terdapat malam Raghaib. Malam Raghaib adalah malam Jum’at pertama di bulan Rajab, malam seluruh malaikat langit dan bumi berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya untuk memohonkan ampunan bagi kaum muslimin dan mukminin. Lebih detail tentang keutamaannya silahkan baca pernyataan Rasulullah saw tentang malam Raghaib. Selain malam Raghaib masih banyak lagi amalan dan doa-doa di bulan Rajab
Rasulullah saw bersabda:
“Bulan Rajab adalah bulan Allah Yang Maha Agung, tak ada bulan yang dapat menandingi keutamaannya. Di dalamnya diharamkan berperang dengan orang-orang kafir, karena bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku. Barangsiapa yang berpuasa sehari saja di dalamnya, maka wajib baginya memperoleh ridha Allah, dijauhkan dari murka-Nya, dan diselamatkan dari semua pintu neraka.” (Mafatihul Jinan, bab 2: 131)
Jawaban terhadap pendapat yang mengatakan hadis palsu
Memang sebagian kaum muslimin tidak setuju terhadap keutamaan bulan Rajab dan amalan-amalan utama di dalamnya. Bahkan sebagian mereka mengatakan palsu hadis-hadis tentang keutamaannya dan amalan-amalan di dalamnya. Tentu kita perlu bertanya:
Apa yang dijadikan dasar untuk mengatakan palsu hadis-hadis itu? Siapa yang dijadikan rujukan mereka? Padahal para sahabat pilihan Nabi saw meriwayatkannya seperti Abu Hurairah, Ibu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Anas bin Malik, juga Siti Aisyah isteri Nabi saw. Bahkan Bukhari dan Muslim juga meriwayatkannya. Hadis-hadis itu bukan hanya shahih, tetapi muttafaqun ‘alayh, bahkan mencapai tingkat mutawatir. Karena hadis-hadis itu diriwayatkan dari jalur Ahlussunnah dan Ahlul bait Nabi saw.
Adapun yang bersumber dari Ahlul bait Nabi saw sangatlah banyak sekali seperti bunga-bunga yang indah di musim bunga. Jika Anda ingin mengetahui hadis-hadis itu, silahkan baca kitab-kitab hadis dari jalur Ahlul Bait Nabi saw, seperti Al-Kafi 8 jilid, Al-Faqih 4 jilid, At-Tahdzib 10 jilid, Al-Istibshar 4 jilid, Al-Wasail 30 jilid, Al-Mustadrak 18 jilid, Biharul Anwar 120 jilid. Jika Anda ingin mengetahui secara lebih khusus hadis-hadis itu, silahkan baca kitab Fadhail syahr Rajab, kitab khusus tentang keutamaan bulan Rajab; dan kitab Fadhailul Asyhur Ats-Tsalatsah, kitab tentang keutamaan tiga bulan: bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Dalam dua kitab ini disebutkan para perawi hadis dari kalangan sahabat-sahabat Nabi saw berikut mata rantai sanadnya.
Banyak sekali hadis-hadis tentang keutamaan bulan Rajab dan amalan-amalannya, baik yang bersumber dari sahabat Nabi saw maupun dari Ahlul baitnya (sa). Jika demikian, apa tujuan menyatakan palsu hadis-hadis tersebut? Karena ketidaktahuan atau kesengajaan karena ta’ashshub? Siapa yang memalsukan? Dan siapa yang dijadikan rujukan untuk menyatakan palsu? Siapa gerangan yang paling mengetahui Nabi saw dan hadis-hadisnya selain Ahlul baitnya dan sahabat-sahabatnya?
Berikut ini saya kutipkan sebagian hadis-hadis yang bersumber dari sahabat Nabi saw:
Doa ketika melihat bulan sabit Rajab
Anas bin Malik berkata bahwa ketika memasuki bulan Rajab Rasulullah saw berdoa: “
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan.”
Hadis ini bersumber: Al-Faqih Abu Muhammad Ismail bin Al-Husein Al-Bukhari dari Al-Imam Abu A’la’, tahun 399 H, dari Ismail bin Ishaq, dari Muhammad bin Abu Bakar, dari Zaidah bin Abi Raqad dari Ziyadah An-Numairi dari Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 494)
Penetapan Nabi saw tentang bulan Rajab
Ayah dari Ibnu Abi Bakrah salah sahabat Nabi berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya zaman berputar seperti keadaan hari Allah menciptakan langit dan bumi, satu tahun adalah dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu adalah empat bulan mulia, tiga bulan berturut-turut Dzul-Qaidah, Dzul Hijjah dan Muharram, dan bulan Rajab yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban …”
Hadis ini bersumber dari: Syeikh Al-Hafizh Ahmad bin Ali Al-Ishfahani, dari Abu Amer Muhammad bin Ahmad dari Abbas Asy-Syaibani, dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub, dari Ibnu Sirin dari Ibnu Abi Bakrah dari ayahnya, ia salah seorang sahabat Nabi saw.
Hadis ini Muttafaq alayh, diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Jami’, dan Muslim bin Hujjaj Al-Qusyairi dalam Musnadnya. Semuanya bersumber dari jalur Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi.
Penamaan bulan Rajab sebagai bulan Allah
Siti Aisyah isteri Nabi saw berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan Allah …”
Hadis ini bersumber dari: Abu Manshur Zhafr bin Muhammad Al-Husaini dari Abu Shaleh Khalaf bin Ismail, dari Makki bin Khalaf, dari Nashr bin Al-Husein dan Ishaq bin Hamzah, dari Isa bin Musa, dari Ubaiz bin Quhair, dari Ghalib bin Abdullah, dari Atha’ dari Siti Aisyah isteri Nabi saw.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, dengan mata rantai sanad: Abu Nashir bin Ahmad bin Ali Asy-Syabibi, dari Abul Hasan Muhammad bin Muhammad Al-Karizi, dari Abu Abdillah Muhammad bin Isa An-Naisaburi, dari Muhammad bin Ibrahim dari Al-Husein bin Salamah Al-Wasithi, dari Yahya bin Sahel, dari Isham bin Thaliq, dari Abu Harun Al-Abdi dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 496)
Hari-hari bulan Rajab tercatat di langit
Abu Said Al-Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Bulan Rajab adalah bagian dari bulan-bulan yang mulia dan hari-harinya tercatat di pintu-pintu langit yang keenam. Barangsiapa yang berpuasa satu di dalamnya karena dasar takwa kepada Allah, maka pintu langit dan hari itu berkata: Ya Rabbi, ampuniah dia…”
Hadis ini bersumber dari: Abu Muslim Ar-Razi dari Abu Nashr Manshur bin Muhammad bin Ibrahim, dari Tsawab bin Yazid dari Al-Husein bin Musa dari Ishaq bin Raziq, dari Ismail bin Yahya, dari Mas’ar bin Athiyah dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 497)
Keutamaan mandi sunnah di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menemui bulan Rajab, kemudian ia mandi sunnah pada permulaannya, pertengahannya, dan akhirnya, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Hadis ini bersumber dari: Abu Nashr bin Abi Manshur Al-Muqarri, dari ayahnya dari Abu Ja’far Ar-Razi dari Ja’far bih Sahel, dari Mahmud bin Sa’d As-Sa’di, dari Ishaq bin Yahya dari Hafsh bin Umar dari Abban dari Al-Hasan dari Abu Hurairah. (Fadhail Syahr Rajab: 497)
Puasa Nabi saw di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
“Aku tidak memerintahkan berpuasa di bulan sesudah bulan Ramadhan kecuali di bulan Rajab dan Sya’ban.”
Hadis ini bersumber dari: Ahmad bin Ali bin Ahmad Al-Faqih, dari Abu Amer Muhammad Al-Muqarri dari Ali bin Said Al-Askari, dari Umar bin Syabah An-Numairi, dari Yusuf bin Athiyah dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw berpuasa di bulan Rajab, sehingga kami berkata beliau tidak berbuka dan berbuka…
Riwayat ini bersumber dari: Abul Hasan Muhammad bin Al-Husein bin Dawud Al-Hasani, dari Abu Bakar Muhammad bin Ahmad, dari Abu Azhar As-Salithi, dari Muhammad bin Abid dari Usman bin Hakim dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas. (Ibid: 499)
Keutamaan puasa di bulan Rajab
Abdul Aziz bin Said dari ayahnya, salah seorang sahabat Nabi saw, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Bulan Rajab adalah bulan yang agung, di dalamnya kebaikan dilipatgandakan. Barangsiapa yang berpuasa satu hari di dalamnya, maka ia seperti berpuasa satu tahun. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari, maka akan ditutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari, maka akan dibukakan baginya delapan pintu surga. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka ia tidak memohon sesuatu kecuali Allah memberinya. Barangsiapa yang berpuasa dua puluh lima hari, malaikat memanggil dari langit: Dosa yang lalu telah diampuni, maka mulailah berbuat kebajikan. Dan Barangsiapa yang menambahnya, Allah akan menambah kebaikannya.”
Hadis ini bersumber dari: Abul Qasim Abdul Khaliq bin Ali Al-Muhtasib, dari Abu Muhammad Ali bin Muhtaj Al-Kasyani, dari Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz Al-Baghawi, dari Ma’la bin Mahdi dari Usman bin Mathar Asy-Syaibani, dari Abdul Ghafur, dari Abdul Aziz dari ayahnya, dia salah seorang sahabat Nabi saw. (Ibid: 499)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berpuasa satu hari di akhir bulan bulan Rajab ia akan diselamatkan dari siksaan yang berat saat sakratil maut dan azab kubur. Barangsiapa yang berpuasa dua hari di akhir bulan ini ia akan diselamatkan di shirathal mustaqim. Dan barangsiapa yang berpuasa tiga hari di akhir bulan ini ia akan diselamatkan pada hari kiamat, hari yang sangat menakutkan.” (Mafatihul Jinan, bab 2 Keutamaan bulan Rajab)
Keutamaan puasa tiga hari berturut-turut
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan mulia hari Kamis, Jum’at dan Sabtu, Allah mencatat baginya sebagai ibadah sembilan ratus tahun.”
Hadis ini bersumber dari: Ali bin Syuja’ bin Muhammad Asy-Syaibani, dari Umar bin bin Ahmad bin Ayyub Al-Baghdadi, dari Al-Husein bin Muhammad bin Ufair Al-Anshari, dari Ya’qub bin Musa Al-Madani, dari Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 500)
Keutamaan puasa pada hari Bi’tsah
Hari bi’tsah adalah hari Muhammad saw diangkat menjadi seorang nabi.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa ada hari kedua puluh tujuh bulan Rajab, Allah mencatat baginya sebagai puasa enam bulan. Hari itu adalah hari Jibril turun pada Muhammad saw, awal ia membawa risalah kepadanya.”
Hadis ini bersumber dari: Abu Sa’d As-Sa’di dari Abu Nashr Muhammad bin Thahir Al-Adib, dari Muhammad bin Abdullah dari Habsyun bin Musa, dari Ali bin Said dari Dhamrah bin Rabi’ah dari Ibnu Syudzab dari Mathar Al-Warraq, dari Saher bin Hausyab dari Abu Hurairah. (Fadhail Syahr Rajab: 500)
Masih banyak lagi hadis-hadis yang bersumber dari para sahabat Nabi saw tentang keutamaan bulan Rajab.


Sejarah Bulan Syaaban Dan Amalannya
Bulan Syaaban berkedudukan kelapan dalam tahun Hijrah dan merupakan bulan kedua selepas Rejab yang penuh dengan keberkatan dan kemulaan. Syaaban berasal daripada perkataan ‘sya’ba’ yang bermaksud berpecah dan menyimpang.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dinamakan Syaaban (berserak-serak) kerana padanya terdapat amat banyak kebajikan yang berserak-serak dan puasa yang lebih afdal sesudah Ramadan ialah puasa  bulan Syaaban.” 
Syaaban juga membawa maksud ‘bulan pemisah’ kerana ia memisahkan antara bulan Rejab dan Ramadan. Jika Rejab dianggap sebagai bulan ujian dan Ramadan sebagai bulan latihan, maka Syaaban yang mulia ini adalah sebagai bulan persediaan dan persiapan melakukan kebaikan sebanyak mungkin termasuk memerangi nafsu.
Di samping memohon doa, digalakkan juga untuk bertaubat dan memohon keampunan di atas keterlanjuran di sepanjang bulan ini. Sabda Nabi SAW:  “Sya’aban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Syaaban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani dan rohani).”
Sambutlah kedatangan Syaaban dengan keinsafan dan kesedaran serta peringatan bahawa perjuangan sebagai seorang insan masih belum berakhir.  Perbanyakkan amal soleh, berpuasa dan solat sunat serta menolong meringankan penderitaan fakir dan miskin serta anak-anak yatim.
Peristiwa Penting Di Bulan Syaaban
Antara peristiwa penting di dalam bulan Syaaban adalah;
1)          Malam Nisfu Syaaban
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Telah datang Jibril a.s pada malam Nisfu Syaaban dan dia berkata , Ya Muhammad,pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka, maka berdirilah dan kerjakan sembahyang lalu angkatlah kepalamu dan kedua tanganmu ke langit !”  Kata saya (Nabi Muhammad): “Hai Jibril, apakah erti malam ini ?”  Dia (Jibril) menjawab: “Pada malam ini telah dibuka 300 pintu rahmat, maka Allah telah mengampuni orang-orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu kecuali ahli sihir, bomoh hitam, orang-orang yang suka permusuhan / pergaduhan, peminum arak, orang-orang yang berbuat zina, pemakan riba, orang-orang yang derhaka kepada kedua orang tua, orang-orang yang suka mengadu domba (batu api) dan orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni kesalahannya sehingga mereka mahu bertaubat dan tidak akan mengulang lagi atas perbuatannya itu.”
Maka pergilah Nabi Muhammad SAW mengerjakan solat serta menangis di dalam sujudnya sambil membaca : “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari seksaMu dan murka Mu dan aku tidak menghitung-hitung pujian kepadaMu, sebagaimana Engkau memuji kepadaMu sendiri, maka segala puji bagiMu sehingga Engkau redha.”  (Dipetik dari Kitab Zubdatul Wa’idzin.) 
2)     Pertukaran Arah Kiblat
Selepas sampai ke Madinah al-Munawarah, Rasulullah SAW dan para sahabat bersolat berkiblatkan Baitulmaqdis selama lebih kurang enam belas atau tujuh belas bulan.
Pada 15 Syaaban tahun kedua Hijrah ketika Rasulullah SAW dan jemaahnya sedang bersolat Asar di dalam Masjid Quba’, berlaku peristiwa penting kepada Rasulullah SAW dan Muslimin iaitu peristiwa pertukaran arah kiblat dari mengadap Masjidil al-Aqsa di Baitulmuqadis (Bait al-Maqdis) ke arah Masjidil Haram (Baitullah Kaabah) di Makkah al-Mukaramah. Masjid tersebut kini dikenali juga sebagai Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat).
Pertukaran kiblat menjadi isu besar di Madinah. Orang Yahudi mengambil kesempatan menabur fitnah memperlekehkan dakwah Rasulullah SAW. Lalu diturunkan ayat 142 Surah al-Baqarah: “Akan berkata orang-orang yang kurang akalnya: ”Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblat mereka (Baitulmaqdis) yang dahulunya mereka telah berkiblat kepadanya. Katakanlah: ”Kepunyaan Allah timur dan barat, dia memberi petunjuk kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”
Peristiwa ini berlaku pada pada bulan Syaaban. Kebenaran daripada Allah SWT untuk kembali berkiblatkan Kaabah adalah contoh doa Rasulullah SAW yang dikabulkan oleh Allah SWT. Ini kerana Rasulullah SAW sudah lama mengangkat tangannya berdoa dan memandang ke langit meminta pertukaran kiblat ke Kaabah. Permintaan Rasulullah SAW tersebut telah diperkenankan oleh Allah swt pada bulan Syaaban.
Firman Allah SWT: “Kerap kali kami melihat engkau (wahai Muhammad) berulang kali menadah ke langit, maka kami benarkan engkau berpaling mengadap kiblat yang engkau sukai, oleh itu palingkan muka ke arah Masjidil Haram (tempat letaknya Kaabah) dan di mana saja kamu berada, maka hadaplah mukamu ke arahnya. Sesungghunya orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan kitab, mereka mengetahui bahawa perkara (berkiblat ke Kaabah) itu adalah perintah yang benar daripada tuhan mereka dan Allah tidak sekali-kali lali akan apa yang mereka lakukan.”
Keutamaan Syaaban
Kelebihan Syaaban berbanding bulan lain ialah seperti kelebihan Rasulullah SAW terhadap semua nabi, manakala keutamaan bulan Ramadan berbanding dengan semua bulan adalah seperti keutamaan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Baginda SAW menyatakan bahawa bulan Syaaban sebagai bulan baginda, di mana baginda banyak melakukan amal ibadah. Umatnya sepatutnya turut mencontohi baginda memperbanyak melakukan amal.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, Baginda SAW bersabda: “Sucikan diri kamu dalam Syaaban dan elokkan niat kamu untuknya. Sesungguhnya kelebihan Syaaban daripada bulan lain seperti kelebihanku daripada kamu.”
Sabda Rasulullah SAW lagi: “Sesiapa yang mengagungkan Syaaban dan bertakwa kepada Allah serta melakukan ketaatan kepada-Nya dan menahan diri daripada berbuat maksiat, maka Allah Taala akan mengampunkan dosanya dan menyelamatkannya di dalam tahun itu daripada segala macam bencana dan penyakit.” (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa’izhin)
Kemuliaan Syaaban memberi rahmat, pengampunan dan ganjaran pahala berganda kepada sesiapa yang benar-benar menghidupkannya:
  • Syaaban mempunyai kelebihan sebagai bulan untuk beramal ibadat. Setiap amal kebajikan akan Allah gandakan sebanyak 700 kali ganda.
  • Syaaban mengandungi keutamaan dan kebaikan yang banyak. Allah akan menurunkan Rahmat-Nya dan memberikan pengampunan kepada hamba-Nya.
  • Allah memberkati jika melaksanakan amal soleh atau ibadat dengan penuh kesungguhan serta keikhlasan.
  • Sesiapa yang berpuasa 3 hari di awal, pertengahan dan akhir Syaaban, maka Allah kurniakan pahala 70 orang nabi, pahala beribadat selama 70 tahun dan jika meninggal pada tahun itu maka ia akan mendapat pahala mati syahid.
  • Sesiapa yang bangun menghidupkan malam nisfu Syaaban dengan banyak bersolat sunat, berdoa, berzikir, berselawat, bertasbih, dan membaca al-Quran, maka Allah akan bukakan 300 pintu rahmat disamping doanya tidak akan ditolak.
Siti Aisyah r.a. berkata: “Bulan yang lebih dikasihi oleh Rasululah SAW ialah bulan Syaaban.”
Amalan-Amalan Sunat Bulan Syaaban
Di antara amalan-amalan yang digalakkan dalam bulan Syaaban adalah memperbanakkan:
1.  Puasa sunat.
Syaaban adalah antara bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW dimana baginda lebih banyak berpuasa di dalamnya.
Daripada Abi Salamah daripada Sayyidatina Aisyah r.a katanya: “Rasulullah SAW sering berpuasa sehingga kita mengatakan dia tidak berbuka (puasa berterusan ) dan Baginda SAW berbuka sehingga kami berkata dia tidak berpuasa (berbuka terus). Dan aku tidak pernah melihat Rassulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Baginda SAW lebih banyak berpuasa melainkan pada bulan Sya’ban.” (Hadis riwayat Imam Bukhari r.a. dan Imam Muslim r.a.)
Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi SAW mengapa baginda banyak berpuasa dalam Bulan Syaaban, maka Baginda SAW pun menjawab: “Syaaban berada di antara bulan Rejab dan Ramadan, manusia sering  lalai mengenainya. Ia merupakan bulan yang diangkat segala amalan (dan dilaporkan) kepada Tuhan Rabbil Alamin (Tuhan Seluruh Alam) dan aku suka jika amalanku diangkat ketika aku berpuasa”. Usamah bertanya lagi: Aku melihat engkau berpuasa pada hari Isnin dan Khamis dan tidak mengabaikan kedua-dua hari itu. Sabda baginda S.A.W : “Sesungguhnya segala amalan semua hamba akan diangkat pada kedua-dua hari itu maka aku lebih suka tidak diangkat amalanku melainkan bersamanya aku berpuasa.” (Hadis riwayat Imam Ahmad r.a., An-Nasai r.a. dan Imam Al-Baihaqi r.a.).
Sayyidatina Aisyah r.a juga menyebut: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dalam bulan lain lebih daripada puasa Syaaban. Baginda pernah berpuasa Syaaban sepenuhnya, kecuali hanya beberapa hari (tidak puasa)” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban dan tiga hari pada pertengahan Syaaban dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti orang-orang yang beribadat kepada Allah Taala selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka dia seperti orang yang mati syahid.”  (Durratun Nasihin)
2.  Bertaubat dan Beristighfar.
Digalakkan juga untuk bertaubat dan memohon keampunan di atas keterlanjuran di sepanjang bulan ini. Taubat ialah pembersihan rohani kerana taubat itu menjadi tuntutan dalam agama supaya setiap diri individu yang sememangnya tidak ma‘shum ini melakukan taubat pada setiap masa dan ketika.
Sabda Nabi SAW:  “Sya’aban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Syaaban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani dan rohani).”
Daripada Ibn `Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang selalu memohon ampun (membanyakkan istighfar), nescaya Allah menjadikan untuknya setiap kesusahan itu ada kesenangan, setiap kesempitan ada jalan keluar dan dia diberi rezeki yang tidak disangka.” (Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Ibn Majah.)
3.  Berzikir
Zikir ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingati Allah SWT dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Allah SWT dan membersihkanNya dari sifat-sifat yang tidak layak untukNya.
Allah SWT berfirman: “Wahai orang yang beriman, sebutlah akan Allah dengan sebutan yang banyak.” Firman-Nya lagi: “Sebutlah (zikir) akan Allah dengan sebutan yang banyak semoga kamu mendapat kemenangan.”
Rasulullah SAW menjelaskan zikir mengingati Allah SWT termasuk dalam amalan mulia dan berkedudukan tinggi. Sabda Baginda SAW: “Hendakkah aku khabarkan kepada kamu amalan yang paling baik dan paling suci di sisi Pemilik kamu dan yang paling tinggi pada darjat kamu dan lebih baik daripada emas dan perak dan lebih baik daripada kamu membunuh musuh kamu atau dia membunuh kamu di medan jihad?” Sahabat bertanya: “Apakah dia wahai Rasulullah?” Jawab Baginda SAW: “Zikrullah.”
Zikir juga mempunyai kelebihan. Dengan mengingati Allah sebanyak-banyaknya, hati tenang dan tenteram. Ia dijamin oleh Allah Yang Maha Mengetahui sebagaimana firman-Nya: “Orang yang beriman dan tetap hati mereka dengan menyebut akan Allah, ketahuilah bahawasanya dengan menyebut akan Allah itu menenangkan hati.”
 4.  Berselawat
Berselawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu bukti kecintaan seseorang itu kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW, selain mengerjakan segala suruhan Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya dan ucaplah salam penghormatan kepadanya.”   (Surah Al-Ahzab: 56).
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu”. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
5.  Berdoa
Doa dipohon sebagai tanda menginsafi dan menyedari diri manusia sangat lemah dan tidak mampu untuk menunaikan segala keperluan hidup. Firman-Nya: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”   (Surah al-Baqarah, ayat 186).
Rasulullah SAW bersabda: “Lima waktu tidak ditolak sesuatu doa itu iaitu pada malam Jumaat, malam 10 Muharam, malam Nisfu Syaaban, malam Aidilfitri dan malam Aidiladha.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Abdullah Umar.)
Rasulullah SAW bersabda: “Pada tiap malam, Rabb kita turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: Sesiapa yang berdoa kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan, dan siapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan Kuberi, dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku pasti akan Kuampuni.”   (Riwayat Malik, Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
6.  Berqiamullail Dan Meghidupkan Malam Nisfu Syaaban
Sunat  menghidupkan malam 15 Syaaban dengan membaca zikir dan Al Quran kerana malam tersebut adalah malam yang amat mustajab dan penuh rahmat.
Daripada Muaz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari r.a. bahawa Rasulullah SAW telah bersabda; “Sesungguhnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban memerhati (mengawasi) seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (Riwayat Ibnu Majah, Ibn Habban, Al-Baihaqi dan At-Thobarani)
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka solatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, adakah yang begini, adakah yang begini, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar?” (Riwayat Ibnu Majah).
7.  Berbuat Baik Dan Bersedekah,
Sambutlah kedatangan Syaaban dengan keinsafan dan kesedaran. Perbanyakkanlah amal soleh dan menolong meringankan penderitaan fakir dan miskin serta anak-anak yatim.
Bersedekah suatu amalan yang suci murni lagi terpuji sebagai keperihatinan dengan nasib dan kesusahan orang lain seperti mana yang amat dituntut oleh Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik amal adalah memberi makan (kepada fakir miskin dan anak yatim) dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang engkau tidak kenal.”  (Riwayat Bukhari,Muslim dan Nasa’i)
8.  Beristiqomah
       Baginda SAW juga menggalakkan agar kita melakukan sesuatu yang baik terutama dalam ibadat khusus seperti solat sunat, puasa dan sedekah. Ia mestilah dilakukan secara berterusan walaupun sedikit kerana  beristiqomah dalam melakukan amalan kebaikan akan mendatangkan perasaan untuk menghisab dan menghitung diri sendiri secara berterusan dan akhirnya melahirkan individu yang sentiasa mengingati Allah
Daripada Abi Salamah; Sesungguhnya Sayyidatina Aisyhah telah memberitahu: “Nabi SAW tidak banyak berpuasa melainkan pada bulan Syaaban dan ada kalanya Baginda SAW telah berpuasa sebulan penuh pada bulan Syaaban. Baginda SAW bersabda: “Lakukanlah amalan yang mana kamu mampu membuatnya; Maka sesungguhnya Allah tidak membebankan (mewajib) kamu sehingga kamu merasa berat dengan bebanan.” Apa yang disukai oleh Rasulullah SAW adalah solat (sunat) yang sentiasa dibuat sekalipun sedikit dan Baginda SAW apabila mendirikan solat, maka Baginda SAW sentiasa berterusan (beristiqomah} di dalam berbuat demikian.” (Riwayat Imam Bukhari r.a. dan imam Muslim r.a.)
Apabila amal dilakukan secara berterusan ia akan mendatangkan kepada kita perasaan untuk menghisab dan menghitung diri sendiri secara berterusan dan ini akan melahirkan individu yang sentiasa berada dalam ibadat dan mengingati Allah setiap masa dan tempat, sama ada ditikar sembahyang, ketika belajar mahupun ketika berkerja. Akhirnya menyebabkan kita akan merasai hikmat dan kesan daripada amalan tersebut.
Oleh itu, amatlah baik bagi kita sebagai umat Islam memperbanyakkan amal dan kebajikan, selain menjadi satu medan latihan rohani ke arah mempersiapkan diri menyambut kedatangan bulan Ramadhan al-Mubarak.
Sesungguhnya bulan Syaaban adalah kesempatan untuk menyuci dan membaiki kecacatan hati dan memperbaiki diri dari segala macam celaan, setelah bulan Rejab lalu kesempatan kita menyucikan badan dan meminta ampun dari segala dosa, manakala pada bulan Ramadhan nanti masa kita untuk menyucikan roh dan menerangkan hati dan jiwa bagi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Oleh: Shafiqolbu
1 Syaaban 1432H.


1. Shiyam (puasa)
2. Berinteraksi dengan Al-Quran
3. Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
4. Memperbanyak Dzikir, Do’a dan Istighfar
5. Shodaqoh, Infak dan Zakat
6. Menuntut Ilmu dan Menyampaikannya
7. Umrah
8. I’tikaf
9. Mencari Lailatul Qadar
10. Menjaga Keseimbangan dalam Ibadah
Do’a dan istighfaar pada saat mustajab di bulan Ramadhan adalah:
• Saat berbuka puasa
• Sepertiga malam terakhir, yaitu ketika Allah SWT. turun ke langit dunia dan berkata:Siapa yang bertaubat ? Siapa yang meminta ? Siapa yang memanggil, sampai waktu shubuh (HR Muslim)
• Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah Ta’ala berfirman, Dan waktu sahur mereka memohon ampun.
• Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at, yaitu disaat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.
• Duduk untuk dzikir, do’a dan istighfaar di masjid, yaitu setelah menunaikan sholat Shubuh sampai terbit matahari. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: Barangsiapa shalat Fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir hingga terbit matahari, lalu sholat dua rakaat, maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna (HR At-Tirmidzi).
Keterangan :
Karunia terbesar dari Allah untuk ummat Islam adalah bulan Ramadhan, karena dua hal terpenting di bulan Ramadhan adalah diwajibkannya Puasa dan turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi pedoman bagi orang yang bertaqwa dan puasa mengantarkan orang beriman menjadi mutaqqiin. Dan amaliyah Ramdhan terfokus pada dua aktifitas tersebut. Sedangkan amaliah lainnya tidak lepas dari ibadah untuk mengkondisikan hati dalam menerima Al-Qur’an dan upaya orang beriman untuk mengaplikasikan Al-Qur’an.


1. Tetap Menjaga Shalat Lima Waktu dan Shalat Jama’ah.
2. Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal.
3. Bertakbir mengagungkan kebesaran Allah.
4. Puasa enam hari di bulan Syawal.
5. Menjaga Sholat Malam.
6. Amalan yang kontinyu (ajeg), amalan yang paling dicintai.
Keterangan :
Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Barangsiapa telah berpuasa romadhon, lalu menyambungnya dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka (pahalanya) seperti puasa selama satu tahun”. (HR. Muslim:2785).
Cara menjalankannya sama saja dengan puasa di bulan romadhon atau puasa sunnah lainnya. Boleh dijalankan berurutan selama enam hari, atau juga boleh selang-seling asalkan masih dalam bulan syawal, InsyaAllah tidak memberatkan.
Selamat menjalankan…


Tanggal 25 Dzul Qa`idah dan Amalannya :
Keterangan:
@@ Malam Tanggal 25 Dzul Qaidah adalah malam bumi dibentangkan dari bawah Ka’bah di atas air. Malam ini adalah malam yang mulia, malam diturunkannya rahmat Allah swt. Barangsiapa yang bangun malam untuk beribadah, ia akan memperoleh pahala yang tak terhingga @@
@@ malam 25 Dzul-Qaidah adalah malam kelahiran Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Isa (as), malam ini adalah malam dibentangkannya bumi dari bawah Ka’bah @@
@@ Hari ke 25 adalah hari dibentangkannya bumi. Hari ini adalah termasuk hari yang empat, yang utama dan istimewa untuk berpuasa setiap tahun. Hari ini adalah hari Allah swt menebarkan rahmat-Nya, hari beribadah dan berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, dan pahalanya sangat besar @@


Amalan penuh berkah di bulan dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah, adalah bulan yang sangat agung dan dihormati, termasuk dalam bulan-bulan Haram yang Allah sebutkan dalam al Quran yang artinya, ““Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu  Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram” (at Taubah:36).
Sebagaimana pula yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa bulan Dzulhijjah ini termasuk bulan haram, ““Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR Bukhari  dan Muslim).
Di bulan ini terdapat berbagai macam amalan-amalan besar, dengan pahala yang sangat besar pula, bahkan salah satu rukun Islam pun hanya bisa diamalkan di bulan ini, menunaikan ibadah Haji.
Menunaikan Ibadah Haji
Ibadah Haji adalah salah satu rukun Islam yang hanya bisa dilaksanakan di bulan Dzulhijjah ini. Rasulullah bersabda yang artinya, “Islam dibangun atas 5 perkara” di antaranya “berhaji ke baitullah” (HR Bukhari dan Muslim).
Ibadah haji menunjukkan pengorbanan seorang hamba, dengan fisiknya, hartanya, waktunya. Maka tujuan terbesar ibadah haji bukanlah plesir dan wisata, akan tetapi untuk beribadah kepada Allah dan mengharapkan ampunanNya. Sehingga sekembalinya seorang sepulang menunaikan ibadah haji, kondisinya menjadi lebih baik dari sebelum berhaji, lebih merasakan nikmatnya beribadah, lebih dermawan, lebih mantap dalam akidahnya dan bertambah kebaikan-kebaikan lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tak ada pahala yang pantas untuk haji mabrur selain surga” (HR Bukhari Muslim).
Puasa Arafah
Bagi umat Islam yang menunaikan ibadah haji, hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah menjadi puncak rangkaian pelaksanaan ibadah haji. Berbalut kain ihram, mereka berkumpul di padang Arafah, memuji kebesaran Allah dan memohon ampunanNya, tidak pandang bulu, tua, muda, kaya , miskin, pejabat tinggi ataupun rakyat biasa semuanya sama. Inilah gambaran suasana di padang Mahsyar ketika manusia pada hari kiamat dibangkitkan dari alam kuburnya untuk mempertanggung jawabkan amalannya masing-masing, sungguh suasana yang termat syahdu.
Bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah tersebut, dan dikenal dengan nama Puasa Arafah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya” (HR Muslim). Perlu juga kita perhatikan, menurut penjelasan para ulama, terhapusnya dosa pada hadits ini adalah dosa-dosa kecil.
Banyak Berdzikir
Allah berfirman yang artinya, “…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).
Allah juga berfirman yang artinya, ““….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203). Ibnu Abbas berkata “Yang dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud ”beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah” (HR Bukhari).
Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,  “Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).
Demikianlah, amalan yang ringan, mudah dan murah dilakukan. Maka sangat keterlaluan kalau amalan seperti ini luput dari lisan kita di bulan Dzulhijjah. Membicarakan urusan dunia atau bahkan membicarakan orang lain, kita semangat, bahkan bisa sampai berjam-jam, maka untuk urusan dzikir seharusnya kita bisa dengan mudah melakukannya.
Berhari Raya
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha. Hari raya adalah hari ketika umat Islam bersenang-senang, dan bahkan bersenang-senang pada hari itu adalah sebuah ibadah yang berpahala di sisi Allah (tentunya bukan bersenang-senang dengan melakukan hal yang haram dan maksiat), betapa indahnya Islam.
Di antara yang menunjukkan indahnya Islam, adalah adanya sholat yang khusus dilaksanakan di pagi hari raya, sholad Idul Adha. Agar umat Islam benar-benar menyadari bahwa segala kenikmatan dan kesenangan yang mereka rasakan adalah karunia Allah, dan kewajiban mereka adalah senantiasa bersyukur dan memuji kebesaran Allah.
Hal yang penting untuk diperhatikan pula dalam pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa tidak ada shalat sebelum (qabliyyah) maupun sesudah (ba’diyyah) shalat Idul Adha. Ibnu Abbas mengatakan, ““Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fithri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah ‘ied“ (HR Bukhari Muslim)
Berqurban
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (al Kautsar: 2).
Kalau kita perhatikan pada setiap hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) selalu ada perintah untuk beribadah dengan harta, Zakat Fitrah di hari raya Idul Fitri berupa makanan pokok dan daging sembelihan di hari raya Idul Adha.
Menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk senantiasa berbagi kesenangan kepada sesama, subhaanallah, betapa indahnya Islam. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghardik orang yang mampu berqurban tetapi tidak berqurban, “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]. Kalau setiap bulan kita sanggup mengeluarkan untuk pulsa telepon, internet dan lain-lain, maka apakah kita akan bersikap cuek dan pelit untuk sebuah ibadah?!
Peringatan
Pembaca yang dirahmati Allah, bersyukurlah kepada Allah apabila kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah tersebut, bisa melaksanakan dan melengkapi syarat dan rukun haji, berpuasa Arafah, menyembelih hewan Qurban dan amalan-amalan lainnya.
Namun ingat, janganlah kita belagu, petantang-petenteng dengan amalan tersebut yang menjadikan kita sombong, karena sudah haji, tak mau dipanggil kalau tidak pakai gelar “H” di depan nama kita. Bangga diri karena bisa berqurban sembari mencemooh tetangga, saudara atau teman kita yang tidak berqurban. Ujub karena bisa berpuasa dan menganggap dosa setahun yang lalu dan yang akan datang sudah terhapus sehingga bisa berfoya-foya seenaknya. Tidak!
Bukanlah demikian sikap seorang muslim. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dan hati mereka merasa takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu’minuun: 60).
Mendengar ayat ini, Aisyah bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr (minuman keras) dan mencuri (sampai-sampai mereka merasa takut –pen)?”. Rasulullah menjawab, “Bukan, wahai anak perempuan ash-Shiddiq (Abu Bakar). Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan sedekah, dan mereka khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orag-orag yang bersegera dalam kebaikan.” (HR Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).
Maka hendaklah kita tidak merasa ujub, sombong dan berbangga diri dengan amalan-amalan kita yang menyebabkan kita lalai dari beramal setelahnya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal di bulan Dzulhijjah, semoga Allah menerima amalan-amalan kita. Amiin Ya Mujibbassailiin.
[Amrullah Akadhinta*]
* Penulis adalah Ketua Umum Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari dan aktif mengelola berbagai kegiatan dakwah dan sosial di Jogjakarta. Semoga Allah memberkahi ilmu dan umurnya.


Awal Dzulhijjah, merupakan hari-hari yang mulia yang sudah seharusnya setiap muslim memperbanyak amalan sholeh kala itu. Semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi remaja muslim sekalian.
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Daud no. 2438. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan beramal di 10 hari pertama bulan Dzulhijah.
Ibnu Rojab dalam Latho’if Ma’arif mengatakan, “Amalan yang kurang afdhol jika dikerjakan di waktu yang utama (seperti bulan Dzulhijah, pen), lalu dibandingkan dengan amalan yang afdhol yang dikerjakan di bulan lainnya, maka amalan yang dikerjakan di waktu yang utama akan lebih unggul karena pahala dan ganjaran yang dilipatgandakan.” Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijah sama dengan amalan satu tahun, ada pula yang mengatakan sama dengan dua tahun, bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada hadits fadho’il yang lemah (dho’if), namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadits shohih yang ada.
Lalu apa amalan yang dapat kita lakukan pada awal Dzulhijah?
Amalan yang dapat dilakukan adalah berpuasa. Berdasarkan perkataan Hafshoh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan berpuasa pada sepuluh hari awal Dzulhijah. Namun ‘Aisyah mengatakan bahwa beliau tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan puasa di hari-hari tersebut sama sekali. Ibnu Rojab menukil perkataan Imam Ahmad dalam menggabungkan dua perkataan ini dengan mengatakan, “Yang dimaksudkan ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa secara sempurna pada awal Dzulhijah. Sedangkan yang dimaksudkan Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada mayoritas hari-hari yang ada. Oleh karena itu, sebaiknya seseorang berpuasa pada sebagian hari dan berbuka pada sebagian lainnya. Inilah kompromi yang paling bagus.”
Ada pula ulama yang mengatakan bahwa pada awal Dzulhijah tidak hanya dikhususkan untuk berpuasa, namun ini umum untuk amalan lainnya seperti qiyamul lail (shalat malam) dan memperbanyak dzikir yaitu bacaan tahlil, tahmid dan takbir. Ini menunjukkan keutamaan beramal pada awal bulan tersebut. (Inilah Faedah dari Latho’if Ma’arif, Ibnu Rojab)
Juga hendaklah kita yang gemar melakukan amalan sunnah (mustahab) dapat berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijah (puasa Arofah) karena keutamaan yang besar di dalamnya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arofah? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Puasa Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim no. 2804).
Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, www.islamspirit.com)
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat taufik Allah untuk beramal pada hari yang utama ini dengan selalu mengharapkan wajah-Nya dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya.
Diselesaikan di pagi hari yang penuh berkah, 27 Dzulqo’dah 1429 H di rumah tercinta Pangukan – Sleman
Yang senantiasa mengharapkan rahmat dan ampunan Rabbnya
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar