Senin, 04 Februari 2013

makalah psikologi


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kecemasan?
2.      Apa Bentuk-bentuk Kecemasan?
3.      Bagaimana Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan?
4.      Bagaimana Terapi Gangguan Kecemasan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kecemasan
1.      Definisi kecemasan menurut para ahli:
a.       Menurut Freud (ahli psikoanalisis) bahwa  kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya.
b.      Menurut Priest (1994) bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
c.       Menurut Calhoun dan Acocella (1995), kecemasan adalah perasaan ketakutan (baik realistis maupun tidak realistis) yang disertai dengan keadaan peningkatan reaksi kejiwaan.
d.      Menurut Atkinson, dkk (1996), kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut.
e.       Menurut Davis dan Palladino (1997), kecemasan memiliki pengertian sebagai perasaan umum yang memiliki karakteristik perilaku dan kognitif atau simptom psikologikal.
f.       Menurut  Hall dan Lindzey (2001), kecemasan adalah ketegangan yang dihasilkan dari ancaman terhadap keamanan, baik yang nyata maupun imajinasi biasa.[1]
g.      Kecemasan (atau ketakutan)[2]
h.      Ansietas adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik.[3]
i.        Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Sedangkan ketakutan menurut batasannya adalah sesuatu yang benar-benar menakutkan.[4]
Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan, kecemasan adalah perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
2.      Gejala Cemas
Cemas mempunyai penampilan atau gejala yang bermacam-macam antara lain:
a.       Gejala jasmaniah (fisiologis) yaitu: ujung-ujung anggota dingin (kaki dan tangan), keringan berpercikan, gangguan pencernaan, cepatnya pukulan jantung, tidur terganggu, kepala pusing, hilang nafsu makan dan pernapasan terganggu.
b.      Gejala kejiwaan antara lain: sangat takut, serasa akan terjadi bahaya atau penyakit, tidak mampu memusatkan perhatia, selalu merasa akan terjadi kesuraman, kelemahan dan kemurungan, hilang kepercayaan dan ketenangan, dan ingin lari dari menghadapi suasana kehidupan.[5]
B.     Bentuk-bentuk kecemasan
1.      Fobia
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju,dsb.
b. Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah
2.      Gangguan obsesif-kompulsif
a.       Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional - tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat keputusan.pasien tidak dapat mengambil kesimpulan.
b.      Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang dilakukannya asing.
Ada 5 bentuk obsesi:                                           
Ø  Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik (75% dari pasien). 
Ø  Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
Ø  Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
Ø  Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan (26%)
Ø  Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Ada 2 macam Kompulsif
Ø  Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
Ø  Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut): mengontrol dorongan dengan berkali-kali menghitung sampai 10.[6]
C.     Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan
Menurut Priest (1991) bahwa individu yang mengalami kecemasan akan menunjukkan reaksi fisik berupa tanda-tanda jantung berpacu lebih cepat, tangan dan lutut gemetar, ketegangan pada syaraf di belakang leher, gelisah atau sulit tidur, banyak berkeringat, gatal-gatal pada kulit, serta selalu ingin buang air kecil.
Calhoun dan Acocella (1995) mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan dalam tiga reaksi,  yaitu sebagai berikut:
a.       Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.
b.      Reaksi kognitif yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkunan dan sekitarnya.
c.       Reaksi fisiologis, yaitu: reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak lebih cepat, tekanan darah meningkat.
Blackburn dan Davidson (1994) mengemukakan, reaksi kecemasan dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan gerakan biologis. Hal ini dapat dilihat dalam analisi gangguan fungsional yang dibuat olehBlackburn dan Davidson pada Tabel di bawah:

Simptom-simptom Psikologis
Keterangan
Suasana hati
Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang.
Pikiran
Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif
Motivasi
Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri.
Perilaku
Gelisah, gugup, waspada berlebihan.
Gerakan biologis
Gerakan otomatis meningkat, berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
D.    Terapi Gangguan Kecemasan.
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:
1.              Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika        
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.              Pendekatan-Pendekatan Humanistik.
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3.              Pendekatan-Pendekatan Biologis.
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.              Pendekatan-Pendekatan Belajar.
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.                                                                                                                                                                                          
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT
)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.[8]

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Kecemasan adalah perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Ø  Bentuk-bentuk kecemasan:
·         Fobia
·         Gangguan Obsesif-kompulsif
Ø  Reaksi yang ditimbulkan oleh kecemasan:
·         Reaksi emosional
·         Reaksi kognitif
·         Reaksi fisiologis
Ø  Terapi gangguan kecemasan:
·         Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
·         Pendekatan-Pendekatan Humanistik
·         Pendekatan-Pendekatan Biologis
·         Pendekatan-Pendekatan Belajar


[1] Triantoro Safaria, Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta: Bumu Aksara), 49-50
[2] [Angst. Istilah Jerman yang menunjukkan suatu perasaan yang lebih intens ketimbang istilah inggris ‘anxiety’; namun, yang disebut terakhir itu berasal dari akar yang sama, dan telah dijadikan istilah baku bahasa inggris: Pen.]
[3] Carpenito moyet,  Lynda Juall, Buku saku diagnosis keperawatan, (Jakarta: EGC), 11
[4] Alex Sobur, Psikologi Umum, cetakan 1, (Bandung: Pustaka Setia), 345
[5] Prof. Dr. Musthafa Fahmi, Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat,  jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang), 29
[7] Triantoro Safaria, Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta: Bumu Aksara), 55-56

1 komentar:

  1. Adakah anda memerlukan Pinjaman?
    Adakah anda mencari Kewangan?
    Adakah anda mencari Pinjaman untuk memperbesar perniagaan anda?
    Saya rasa anda telah sampai di tempat yang betul.
    Kami menawarkan Pinjaman dengan kadar faedah rendah.
    Orang yang berminat mesti menghubungi kami di
    Untuk maklum balas segera terhadap permohonan anda, Mohon
    balas e-mel ini di bawah sahaja.
    Aplikasi apa +918256953815
    mrwilliam751@gmail.com
    Tolong, berikan kami Maklumat berikut sekiranya berminat.

    1) Nama Penuh: ………
    2) Jantina: ………
    3) Jumlah Pinjaman Yang Diperlukan: ………
    4) Tempoh Pinjaman: ………
    5) Negara: ………
    6) Alamat Rumah: ………
    7) Nombor Mudah Alih: ………
    8) Pendapatan Bulanan: …………………
    9) Pekerjaan: ………………………
    ) Laman web mana yang anda ada di sini mengenai kami …………………

    Terima kasih dan salam mesra.
    mrwilliam751@gmail.com
    +918256953815

    BalasHapus