BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al-qur’an adalah
wahyu yang di turunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad melalui malaikat
Jibril untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia. Kitab suci itu mempunyai
banyak fungsi, antara lain sebagai petunjuk bagi manusia, yakni petunjuk menuju
keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk
mengetahui nilai petunjuk kalamullah tersebut, kiranya perlu di lakukan usaha
penelitian dan pengkajian terhadapnya.
Allah SWT
sebagai maha pendidik, menjadikan al qur’an dengan berisikan pendidikan pada
umumnya, dan pendidikan sosial, pendidikan akhlak serta pendidikan rokhani pada
khususnya.[1]
Sementara itu banyak manusia yang meragukan adanya aspek edukatif di dalam al
qur’an. Mereka mungkin meragukan keterkaitan antara al qur’an dengan
pendidikan, dengan dasar bahwa siapapun akan gagal memperoleh sebagian besar
terma-terma kependidikan yang lazim di dapatkan. Untuk menanggapi hal ini, maka
banyak istilah-istilah yang di ciptakan. Salah satunya adalah kata tarbiyah, kata ini banyak terdapat di
dalam al qur-an, seperti kata rabb dan
tarbiyah yang di ungkapkan oleh
ahli-ahli perkamusan bahasa Arab diasalkan dari kata dasar yang sama. Maududi
menjelaskan bahwa “mendidik dan memelihara” merupakan salah satu dari banyak
makna implisit yang terkandung di dalam kata rabb. Qurtubi menyebut kata rabb
ini merupakan bentuk diskripsi yang diberikan kepada seseorang yang
melakukan suatu perbuatan secara paripurna.[2]
Manusia
merupakan kholifah Allah SWT di atas bumi, adapun yang menjadi poros tugas
kekholifahan adalah, penggunaan akal, pengembanan tugas-tugas samawi serta
pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu yang di pelajari (proses pendidikan) juga
pemahaman terhadap perbedaan antara yang baik dan yang buruk.[3]
Dalam hal ini tenaga pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
pendidikan, ia sangat berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial dalam era pembangunan ini. Untuk itu ia harus berperan aktif dalam
bidangnya dan menempatkan dirinya pada kedudukan dan jabatannya, untuk
membentuk peserta didiknya memiliki kedewasaan dan kematangan tertentu. Oleh
karena itu, pendidik tidak hanya berperan sebagai pengajar yang transfer of knowledge (memindahkan
pengetahuan), tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of values (menanamkan nilai-nilai) dan sekaligus sebagai
pembimbing yang dapat mengarahkan peserta didik dalam belajar.[4]
Kata rabbani terambil dari kata rab yang memiliki aneka makna, antara
lain pendidik dan pelindung. Jika kata ini berdiri sendiri, maka yang di maksud
tidak lain kecuali Allah SWT. Kalau bermaksud menisbahkan sesuatu, maka
biasanya kata itu di tambah dengan huruf ya’,
seperti kata insan menjadi insani dan rab menjadi rabbani.[5]
Seorang rabbani hendaknya menjadi
pencontoh Nabi pula, mengajak orang lain mendekati Allah, bukan memuji dirinya
sendiri. Sebab itu Ibnu Abbas menafsirkan rabbani
adalah orang-orang yang menjadi ulama dan hukama, berpengetahuan lagi
berfilsafat. Katanya pula dalam tafsir yang lain, rabbani adalah ulama dan fuqaha, yaitu orang yang berpengetahuan
dan mendalam pahamnya. Sebab itu, maka orang rabbani itu selama hidupnya adalah belajar dan mengajar, mengajar
dan belajar lagi, sampai dia tahu rahasia mengapa diperintahkan. Sehingga boleh
dikatakan bahwa perasaannya telah mendekati perasaan Allah.[6]
Dengan demikian,
jelas bahwa pendidik harus memiliki dan berpegang teguh pada sifat-sifat rabbani. Artinya seorang pendidik harus
mengaitkan diri pada Tuhan yang Maha Tinggi lagi Maha Agung melalui ketaatan
kapada-Nya. Jika seorang pendidik telah bersifat rabbani, seluruh kegiatan pendidikannya bertujuan mejadikan anak
didiknya sebagai generasi rabbani
yang memandang jejak keagungan-Nya. Dengan banyaknya tuntutan untuk dapat
mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya, maka pendidik di tuntut untuk
lebih mempunyai budi pekerti yang luhur.
Menurut
sepengetahuan penulis bahwa istilah rabbani ini biasanya banyak yang
berkaitan dengan konsep ketuhanan, tetapi dalam hal ini penulis bermaksud untuk
menjelaskan konsep rabbani dalam
pendidikan, hal ini di maksudkan agar guru yang selalu berpegang teguh pada
nilai-nilai rabbani seperti sifat
islam, iman, ikhlas, taqwa, syukur, sabar, cerdik, terampil, tegas dan adil
akan mempunyai semangat ketuhanan dalam mendidik.
Dari uraian di
atas, di peroleh petunjuk bahwa konsep rabbani itu penting dalam proses
belajar mengajar, begitu pula nilai-nilai rabbani
yang di terapkan dalam pendidikan islam akan menciptakan guru-guru yang
memiliki sifat rabbani dan dapat menjadi contoh untuk peserta didik,
guru dan masyarakat luas pada umumnya. Guru juga mempunyai beberapa fungsi
diantaranya adalah fungsi penyucian artinya seorang guru berfungsi sebagai
pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.[7]
Oleh karena itu,
untuk mengetahui kaitan konsep rabbani
dalam al-qur’an dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam, maka perlu di
ketahui terlebih dahulu bagaimana konsep rabbani
tersebut. Maka perlu di lakukan upaya penelitian atau pengkajian mendalam terhadap
ayat tersebut. Untuk itu, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dalam
bentuk penulisan skripsi dengan judul “ Konsep Rabbani dalam Al-Qur’an dan Kaitannya
dengan Sifat Pendidik dalam Pendidikan Islam (Telaah QS. Ali-Imran ayat 79 di
Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab Dan Tafsir Al Azhar karya Hamka )”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Konsep Rabbani dalam tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab
dan kaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam?
2. Bagaimana
Konsep Rabbani dalam tafsir Al-Azhar karya Hamka dan
kaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam?
3. Bagaimana
Persamaan dan Perbedaan antara tafsir Al-Misbah
karya M.Quraish Shihab dan tafsir Al-Azhar
karya Hamka?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
Mengetahui Konsep Rabbani dalam tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab
dan kaitannya dengan Sifat Pendidik dalam Pendidikan Islam
2. Untuk
Mengetahui Konsep Rabbani dalam tafsir Al-Azhar karya Hamka dan kaitannya
dengan Sifat Pendidik dalam Pendidikan Islam
3. Untuk
Mengetahui Persamaan dan Perbedaan antara tafsir
Al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan tafsir
Al-Azhar karya Hamka
D.
Manfaat
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini tentunya akan mendatangkan suatu hasil, baik ini secara teoritis
maupun secara praktis. Dari hasil tersebut diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Secara
Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi khasanah keilmuan dan dapat memberikan pemahaman
tentang konsep rabbani dalam
al-qur’an dan kaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam (telaah al-qur’an surat ali-imran ayat 79 di tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab
dan tafsir Al-Azhar karya Hamka)
2. Secara
Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
a. Lembaga
pendidikan islam, dapat di jadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan
islam.
b. Pendidik,
menambah wawasan dan bahan pelajaran dalam pendidikan akhlak dalam menambahkan
dan meningkatkan kualitas akhlak peserta didik.
c. Peneliti,
yaitu menambah wawasan dan pengetahuan serta tambahnya pengalaman ketika penelitian
berlangsung.
E.
Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping
memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan bahasan ini, peneliti juga
melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang jenis penelitiannya ada
relevansinya dengan penelitian ini.
Adapun hasil
telaah terdahulu adalah skripsi yang disusun oleh: pertama skripsi Suntawi
(Juni 2005, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang) yang berjudul “Konsep Rabbani
dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 79 dan Pengembangannya dalam Peningkatan
Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Di dalamnya berisi tentang
kepribadian seorang guru yang menggambarkan perilaku, watak, atau
kepribadiannya. Kepribadian juga dapat di artikan sebagai sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seorang guru pendidikan agama islam. Diantara kepribadian
guru pendidikan agama islam yang harus dimiliki dalam setiap tingkah lakunya
sehari-hari adalah ikhlas, tidak tamak, jujur, adil dan taqwa, lemah lembut,
pemaaf dan musyawarah, rendah hati, wibawa, berilmu luas dan bertubuh sehat,
menguasai bahan pengajaran, mencintai pekerjaan, menguasai kapasitas akal
peserta didiknya, selalu ingin menambah ilmu dan mengajak pada kebaikan. Dan
didalam skripsi ini berfokus pada konsep rabbani sebagai peningkatan
kepribadian guru.
Perbedaan antara
penelitian diatas dengan penelitian sekarang adalah penelitian diatas
menganalisis tentang konsep rabbani sebagai peningkatan kepribadian
guru, sedangkan penelitian sekarang meneliti tentang konsep rabbani dan
kaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam.
Kedua, skripsi
yang disusun oleh Mucharom Syarifudin Zuhri (April 2012, Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang) yang berjudul “ Sifat-Sifat Pendidik Perspektif Al-Qur’an
Surat Fushshilat ayat 34-35”. Didalam skripsi ini berisi tentang sifat-sifat
pendidik yang dapat membentuk kepribadiannya. Sifat-sifat pendidik itu
diantaranya adalah harus memiliki sifat ikhlas, berwibawa, memiliki ilmu yang
luas, beriman, berakhlak mulia, kasih sayang, lemah lembut, kebapakan, tidak
mengharapkan pamrih, jujur, disiplin. Dengan dimilikinya sifat-sifat tersebut
diharapkan seorang guru dapat menjadi, tauladan, dan contoh bagi para peserta
didiknya.
Perbedaaan
penelitian diatas dengan penelitian sekarang adalah, penelitian diatas membahas
mengenai sifat-sifat pendidik perspektif Al-Qur’an surat Fushshilat, sedangkan
pada penelitian sekarang juga membahas tentang sifat-sifat pendidik perspektif
Al-Qur’an surat Ali-Imran.
F.
Metode
Kajian
1.
Pendekatan dan
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dalam hal ini Moleong menjelaskan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Peneliti melakukan kajian tentang konsep rabbani dalam al- qur’an dan kaitannya
dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam (telaah al-qur’an surat Ali Imran
ayat 79 di tafsir Al-Misbah karya M.
Quraish Shihab dan Tafsir Al-Azhar
karya Hamka).[8]
Adapun jenis penelitian ini adalah
kajian kepustakaan atau library research yang berarti telaah yang
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada
penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Dalam
hal ini bahan-bahan pustaka diberlakukan sebagai sumber ide untuk menemukan
gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang
telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar
pemecahan masalah.[9]
2.
Sumber Data
a. Sumber
Data Primer
Sumber primer adalah sumber-sumber
yang memberikan data secara langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber
asli. Sumber primer dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an surat Ali Imran ayat
79, Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish
Shihab dan Tafsir Al-Azhar karya
Hamka
b. Sumber
Data Sekunder
Sumber sekunder adalah
sumber-sumber yang diambil dari sumber lain yang tidak diperoleh dari sumber
primer. Dalam skripsi ini sumber sekunder yang di maksud adalah:
1)
Abd. Al-Hayy
al-Farmawy, Metode Tafsir Mauwdhu’I Suatu
Pengantar Terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
2)
Abdul Fatah
Jalal, Azaz-Azaz Pendidikan Islam,
Terjemah Herry Noer Ali dari kitab asli Minal
Usulit at-Tarbawiyyah Fil Islam. Bandung: CV Diponegoro, 1988.
3)
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,
2008.
4)
Abdurrahman
an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
5)
Abdurrahman
Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan
Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007.
6)
Ahmad Mustafa
al-Maragi, Tafsir al-Maragi. Semarang: TOHA PUTRA, 1993.
7)
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2001.
8)
Beni Ahmad
Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009.
9)
Hadrat Mirza
Thir Ahmad Khalifatul Masih IV, Terj. Dewan Naskah Jemaat Ahmadiyah
Indonesia, Al-qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, Jakarta: Yayasan
Wisma Damai, 2007
10) Hasan
Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia,
2010.
11) Jurusan
Tarbiyah STAIN Ponorogo, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Ponorogo: STAIN
Ponorogo, 2014.
12) Lexi
J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
13) Muhammad
‘Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip
Dasar Pendidikan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003.
14) Muhammad
Fadhil al-Jamali, Konsep Pendidikan
Qur’ani Sebuah Kajian Filosofis, Terjemah Judi al-Falasani. Solo:
Romadhoni, 1993.
15) Muhammad
Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Teras, 2011.
16) Muhammad
Suwaid Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak
Bersama Nabi, Panduan Lengkap
Pendidikan Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf, Terj. Salafuddin Abu
Sayyid. Solo: Pustaka Arafah, 2006.
17) Nasruddin
Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
18) Nur
Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan
Islam, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1997
19) Salima
A. Fillah, Saksikan Bahwa Aku Seorang
Muslim. Yogyakarta: Pro-U Media, 2007.
20) Sardiman,
Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
21) Sudiyono,
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2009.
22) Yusuf
al-Qardhawi, Madkhal li Ma’rifah al-Islam
Sistem Pengetahuan Islam. Jakarta: RESTU ILAHI, 2004.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian
pustaka ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumenter dalam mengumpulkan
data untuk penelitian. Teknik studi dokumenter adalah cara pengumpulan data
yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku, koran,
majalah dan lain-lain.[10]
4.
Teknik Analisis
Data
Teknik analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content
analysis). Analisis isi dalam penelitian dilakukan untuk mengungkapkan isi
sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu
buku itu ditulis. Disamping itu dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu
buku dengan buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan
waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut dalam mencapai
sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau sekelompok
masyarakat tertentu.[11]
Nana Syaodih
menjelaskan bahwa teknik analisis isi ditujukan untuk menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas, dan keabsahannya
terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian.
Analisis juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat
teoritis maupun empiris. Kegiatan analisis ditujukan untuk mengetahui makna,
kedudukan, dan hubungan antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan,
peristiwa yang ada atau yang terjadi untuk selanjutnya mengetahui manfaat,
hasil atau dampak dari hal-hal tersebut.[12]
Adapun alur yang
digunakan dalam menganalisis data, yaitu:
a. Reduksi
data
Mereduksi data
merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak diperlukan.[13]
b. Display data
Mendisplay data adalah
menyajikan, menyusun, dan mengorganisasikan data ke dalam suatu pola hubungan
yang saling berkaitan, sehingga akan mudah dipahami.[14]
c. Conclusion
Setelah
melakukan tahap reduksi data dan display data , maka tahap selanjutnya yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi.[15]
G.
Sistematika
Pembahasan
Untuk
mempermudah penulisan hasil penelitian dan agar dapat dicerna secara runtut,
diperlukan sebuah sistematika pembahasan. Dalam laporan penelitian ini, akan
dibagi menjadi 5 bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang
saling barkaitan satu sama lain. Sistematika selengkapnya sebagai berikut:
BAB
I berisi pendahuluan yang menggambarkan secara umum kajian ini, yang isinya
terdiri dari, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian teori dan telaah hasil penelitian terdahulu, metode
penelitian, sistematika pembahasan dengan demikian merupakan pengantar
penelitian ini.
BAB
II Berisi tentang konsep Rabbani yang dibagi kedalam dua sub bab yang
pertama meliputi: pengertian rabbani, syarat menjadi seorang rabbani,
pengaruh atau buah dari sifat rabbani. Kedua: pengertian, kewajiban,
kedudukan, syarat, sifat, jenis pendidik dalam pendidikan islam.
BAB
III Berisi tentang biografi M. Quraish
shihab, karakteristik Surat Ali-Imran, yang meliputi penamaan, kandungan, asbab
al-nuzul dan munasabah Surat Ali-Imran, dan penafsiran M Quraish Shihab dalam Tasfir
al-Misbah terhadap Surat Ali-Imran
ayat 79 serta keterkaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam.
BAB
IV Berisi tentang biografi Hamka,
karakteristik Surat Ali-Imran, yang meliputi penamaan, kandungan, asbab
al-nuzul dan munasabah Surat Ali-Imran, dan penafsiran Hamka dalam Tafsir al-Azhar terhadap Surat Ali-Imran
ayat 79 serta keterkaitannya dengan sifat pendidik dalam pendidikan islam.
BAB
V Berisi analisis persamaan dan perbedaan antara Tasfir al-Misbah karya
M Quraish Shihab dan Tafsir al-Azhar
karya Hamka.
BAB
VI merupakan Penutup yang merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi
yang memuat kesimpulan dan saran.
[1] Muhammad Fadhil al-Jamali, Konsep Pendidikan Qur’ani Sebuah Kajian
Filosofis, Terjemah Judi al-Falasani, (Solo: Romadhoni, 1993), 9.
[2] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an
(Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007),
18-19.
[3] Abdul Fatah Jalal, Azaz-Azaz Pendidikan Islam, Terjemah
Herry Noer Ali dari kitab asli Minal
Usulit at-Tarbawiyyah Fil Islam (Bandung: CV Diponegoro, 1988), 44
[4] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), 125.
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an (Ciputat: Lentera Hati, 2000), 125.
[6] Hamka, Tafsir al-Azhar Juz III (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983), 217.
[7] Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 170.
[8] Lexi J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
[9]
Jurusan Tarbiyah STAIN
Ponorogo, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo,
2014), 55.
[10] Hadari Nawawi. Metodologi
bidang sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), 101.
[11] Ibid., 73.
[12] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), 81-82.
[13]Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2009), 247.
[14] Ibid., 249.
[15] Ibid., 252.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar