BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih
maju. Tujuan pendidikan ialah pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan
esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimiliknya. Proses
pendidikan dalam bahasa sederhana adalah mengubah manusia menjadi lebih baik
dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Namun, pada praktiknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik,
sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa.[1]
Menurut
Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan.[2]
Secara
teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek, yaitu: mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good)
dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter
sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses
pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan,
dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah tabiat yang baik.[3]
Perilaku
berkarakter mendasarkan diri pada tindakan sadar dalam merealisasikan nilai.
Meskipun mereka belum memiliki konsep yang jelas tentang nilai karakter, untuk
itulah tindakan diakatakan bernilai jika sesorang itu melakukannya dengan
bebas, sadar dan dengan pengetahuan. Salah satu unsur penting dalam pendidikan
karakter ialah mengajarkan nilai-nilai itu, sehingga murid mampu dan memiliki
pemahaman konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang biasa
dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.[4]
Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma dan nilai perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
dengan konteks kehidupan. Dengan demikian, pembelajaran nilai karakter tidak
hanya pada ranah kognitif, namun menyentuh pada internalisasi dan pengamalan
nyata.[5]
Nilai-nilai
karakter yang perlu ditanamkan ialah nilai-nilai universal, di mana seluruh
agama, tradisi dan kultur pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Nilai-nilai universal itu harus menjadi perekat bagi seluruh masyarakat meski
berbeda latar belakang kultur, suku dan agama.[6]
Penanaman
nilai-nilai karakter bisa melalui keteladan sikap-sikap yang dimiliki oleh
tokoh-tokoh yang terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam yang sudah terjamin kebenarannya. Setiap kisah-kisah yang terdapat dalam
Al-Qur’an pasti memiliki hikmah ataupun pelajaran yang dapat kita ambil.
Kisah
kepemimpinan Ratu Balqis merupakan salah satu dari sekian banyak kisah yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Kisah kepemimpinan Ratu Balqis tergambar dalam
Al-Qur’an surat al-Naml ayat 22-44. Nama Putri Balqis, dalam tradisi Arab
memang sudah berakar. Dalam beberapa hadis disebutkan nama Balqis yang lebih
lengkap yaitu Balqis binti Shurahbil. Bapaknya seorang raja terpandang dan
berkedudukan sangat penting.[7]
Ratu itu dianugerahi segala sesuatu yang dapat menjadikan kekuasaannya
langgeng, kuat dan besar. Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat,
kekuatan bersenjata yang tangguh, serta pemerintahan yang stabil.[8]
Dia seorang pemimpin bijaksana yang mencintai perdamaian.[9]
Pembelajaran
yang diajarkan oleh pendidik saat ini hanya sampai pada tahap materi saja.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dimiliki oleh tokoh-tokoh seperti yang
terdapat dalam Al-Qur’an belum ditanamkan secara menyeluruh karena hanya
dianggap sebagai materi pengenalan dan pengetahuan tokoh saja.
Penanaman
karakter yang belum diperhatikan dan ditanamkan oleh pendidik dapat menjadikan
peserta didik kurang memiliki karakter yang mulia sehingga jika nantinya
memiliki profesi seperti pejabat negara, pendidik, penegak hukum dan sebagainya
dapat menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter seperti korupsi, kasus suap
dan sebagainya.
Kondisi
yang demikian, kiranya cukup relevan untuk menanamkan nilai-nilai karakter
melalui keteladanan sikap-sikap yang dimiliki oleh tokoh yang terdapat dalam
Al-Qur’an seperti dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan Tafsir al-Mishbah karena tafsir ini
mudah dipahami. Tafsir ini menjelaskan kosa kata
yang dipandang perlu, serta menjelaskan munasabah ayat yang sedang ditafsirkan
dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Tafsir al-Mishbah banyak
mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga menjadi
referensi yang mumpuni, informatif, argumentatif. Tafsir ini tersaji dengan
gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna segenap kalangan.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul “Kepemimpinan Ratu Balqis Perspektif Pendidikan
Karakter (Kajian Terhadap Tafsir Al-Mishbah Surat An-Naml Ayat 22-44)”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah surat Al-Naml ayat
22-44?
2.
Apa
saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu
Balqis?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah surat
Al-Naml ayat 22-44.
2.
Untuk
mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu
Balqis.
D.
Manfaat Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini tentunya akan mendatangkan suatu hasil, baik ini secara teoritis
maupun secara praktis. Dari hasil tersebut diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1.
Secara
Teoritis
a.
Menambah
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter
dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
b.
Berguna
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
2.
Secara
Praktis
a.
Bagi
penulis
Hasil
penelitian tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu
Balqis ini diharapkan bisa diaplikasikan dalam kehidupan penulis.
b.
Bagi
pendidik
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengajar dalam meningkatkan
kualitas karakter peserta didik.
E.
Kajian Teori dan Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
1.
Kajian Teori
a.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1)
Pengertian Nilai
Nilai
atau value dalam bahasa inggris dapat berarti harga, potensi, isi, kadar
atau mutu bisa juga berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan.[10]
Nilai adalah makna yang ada di belakang fenomena kehidupan. Dapat pula
dikatakan bahwa nilai adalah makna yang mendahului fenomena kehidupan itu.
Ketika nilai berubah, fenomena dapat mengikuti perubahan nilai. Demikian pula,
jika fenomena kehidupan itu berubah, maka nilai cenderung menyertainya. Keadaan
itu terjadi karena salah satu cara mengamati nilai dapat dilalui dengan
mencermati fenomena yang lahir dalam kehidupan.[11]
Nilai
adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai
sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia
memasukkan nilai ke dalamnya, jadi barang mengandung nilai, karena subyek yang
tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subyek atau obyek, nilai tidak
ada. Suatu benda ada, sekalipun manusia tidak ada. Tapi benda itu tidak
bernilai, kalau manusia tidak ada.[12]
Menurut
Richard Eyre & Linda, sebagaimana dikutip oleh Abdul Madjid, nilai yang
benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu
perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun
orang lain.[13]
Berdasarkan
paparan beberapa definisi nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu makna
yang mendahului fenomena kehidupan yang berupa ukuran untuk menghukum atau
memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada
barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya nilai yang
benar dan diterima secara universal yang menghasilkan suatu perilaku dan
perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun orang lain.
2)
Pendidikan Karakter
Pendidikan
berasal dari kata didik artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an,
yang maknanya perbuatan membina atau melatih atau mengajar dan mendidik itu
sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran
dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan
kecerdasan dan keterampilannya.[14]
Secara
etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Inggris character yang
berarti membuat tajam, membuat dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang
membedakan individu dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabiat, perangai
atau perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan
sebagai watak atau sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku.[15]
Apa
pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran dan perbuatannya. Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap
seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang
dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya.[16]
Menurut
Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan.[17]
Yudi
Latif mengutip Thomas Lickona mengatakan bahwa pendidikan karakter ialah usaha
sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan dan bertindak atas
dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa tatkala kita berfikir tentang
bentuk karakter yang ingin ditunjukkan anak-anak, teramat jelas bahwa kita
menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli apa yang benar serta
melakukan apa yang diyakini benar.[18]
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha
manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya melalui proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan.
3)
Hakikat Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan
karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana
menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga
anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta
kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang
dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata
melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain,
dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.[19]
4)
Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis
untuk membantu murid memahami nilai-nilai-perilaku manusia yang berhubungan
dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,
kultur serta adat istiadat.
Berdasarkan
kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum, etika akademik dan
prinsip-prinsip HAM telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan
menjadi lima nilai utama yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan serta
kebangsaan. Adapun daftar nilai-nilai utama yang dimaksud yaitu:[20]
a)
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan Tuhan: Religius yaitu sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.[21]
b)
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1.
Jujur
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap pihak lain.[22]
2.
Bertanggung
Jawab
Sikap
dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas daan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri dan masyarakat.
3.
Bergaya
hidup sehat
Segala
upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4.
Disiplin
Mengerjakan
sesuatu dengan tertib, memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif, belajar
secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggungjawab.
5.
Kerja
keras
Perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugan dengan sebaik-baiknya.
6.
Percaya
diri
Menunjukkan
bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan dan tidak mudah
terpengaruh oleh ucapan orang lain.
7.
Berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif
Berpikir
dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara baru dari apa yang
telah dimiliki.
8.
Mandiri
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
9.
Ingin
tahu
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.
Cinta
ilmu
Cara
berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c)
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan sesama
1.
Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap
tahu dan mengerti serta merealisasikan apa yang menjadi milik atau hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri serta orang lain.
2.
Patuh
pada norma sosial
Sikap
menurut dan taat terhadap aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
3.
Menghargai
karya dan prestasi orang lain
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
4.
Santun
Sifat
yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke
semua orang.
5.
Demokratis
Cara
berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
d)
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan: Peduli sosial dan lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan
selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e)
Nilai
kebangsaan
1.
Nasionalis
Cara
berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, kultur,
ekonomi, dan politik bangsanya.
2.
Menghargai
keberagaman
Sikap
memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, kultur suku dan agama.[23]
Sedangkan dalam buku-buku yang lain
terdapat nilai-nilai pendidikan karakter selain yang disebutkan di atas, di antaranya
yaitu:
a)
Berpikir
jauh ke depan
Biasa berpikir
dahulu sebelum berbuat; berpikir untuk kepentingan sekarang dan yang akan
datang.[24]
b)
Cinta
damai
Sikap,
perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.[25]
c)
Tegas
Berani mengatakan
tidak terhadap sesuatu yang tidak baik/tidak benar; menghindari sikap dan
tindakan ikut-ikutan.[26]
5)
Bentuk-Bentuk Pendidikan Karakter
Menurut
Yahya Khan, terdapat empat bentuk pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan
dalam proses pendidikan, antara lain:
a)
Pendidikan
karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan karakter yang berlandaskan
kebenaran wahyu.
b)
Pendidikan
karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi
sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.
c)
Pendidikan
karakter berbasis lingkungan.
d)
Pendidikan
karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.[27]
6)
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter bertujuan untuk menngkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
mengiternalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.[28]
b.
Kepemimpinan
1)
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih tujuan. Kepemimpinan memiliki
tiga unsur: 1) Adanya tujuan yang menggerakkan manusia. 2) Adanya Sekelompok
orang. 3) Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada
manusia.[29]
2)
Jenis-jenis
Kepemimpinan politik
Hadari
Nawawi membagi pemimpin dilihat dari segi cara memimpinnya kepada tiga macam,
yaitu sebagai berikut:
a)
Kepemimpinan
otoriter, yaitu pemimpin yang menempatkan kekuasaan ditangannya sebagai
penguasa yang disebut atasan dan sejumlah orang yang dipimpin sebagai bawahan,
sehingga pihak atasan bertindak sebagai penguasa yang tidak dapat dibantah dan
orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan mempergunakan ancaman dan
hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya.
b)
Kepemimpinan
laissez faire, yaitu pemimpin yang menetapkan dirinya sebagai simbol,
karena dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan
sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan
secara perseorangan, pucuk pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya
berfungsi sebagai penasihat.
c)
Kepemimpinan
demokratis, yaitu pemimpin yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin diwujudkan dalam human
relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan menghormati.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat manusiawi
sebagaimana dirinya.[30]
3)
Syarat-syarat Kepemimpinan
Untuk
menjabat sebagai pimpinan biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, persyaratan tersebut bertujuan agar semua program berjalan secara
efektif dan optimal. Menurut Nawawi persyaratannya antara lain sebagai berikut:
a)
Memiliki
kecerdasan atau inteligensi yang cukup baik. Dengan kata lain memiliki keahlian
atau keterampilan dalam bidangnya, serta berpengetahuan dan berpandangan luas.
b)
Percaya
diri sendiri dan bersifat membership, serta cakap bergaul dan ramah
tamah. Dengan kata lain, ia suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum
secara konsekuen dan bijaksana.
c)
Kreatif,
penuh inisiatif, memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi
lebih baik, serta tergolong organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
d)
Memiliki
keseimbangan/kestabilan emosional, sabar, jujur, rendah hati, sederhana, dapat
dipercaya, bijaksana, disiplin, berlaku adil, serta sehat jasmani dan rohani.
e)
Memiliki
semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta berani mengambil keputusan
dan beranggungjawab.[31]
4)
Sifat-sifat
Kepemimpinan Perempuan
Perempuan
memiliki sifat-sifat alamiah yang diberikan oleh Allah SWT yang membedakannya
dengan pria. Kajian-kajian kontemporer menunjukkan adanya beberapa sifat yang
dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk melaksanakan kepemimpinan dalam kondisi
yang sesuai baginya. Berikut ini beberapa sifat tersebut:
a)
Partisipasi
Jumlah
wanita saat ini lebih dari setengah jumlah masyarakat. Kini wanita memiliki
peran dalam semua perubahan ideologi dan pemikiran. Salah satu bentuk
partisipasinya adalah musyawarah dalam proses pengambilan keputusan. Wanita
menyenangi musyawarah, mengungkapkan perasaan dan partisipasi. Ini merupakan
sifat yang baik dan dianjurkan oleh pakar manajemen kepada semua pemimpin masa
kini.
b)
Kelembutan
Perasaan
kasih sayang dan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain dan kondisi mereka
akan membantu wanita dalam membangun hubungan-hubungan yang sejati dan tulus,
sehingga membuat para pengikut mencintainya dan bergerak bersamanya menuju
tujuan-tujuan bersama dengan penuh kesadaran.
c)
Kreatif
Hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa wanita 25% lebih kreatif daripada pria. Apabila
kita tambahkan bahwa peran serta wanita dalam manajemen perusahaan termasuk hal
baru, semua ini memberikan kesempatan kepada wanita untuk menunjukkan
kemampuannya menemukan solusi-solusi yang belum pernah ada dan menyumbangkan
ide-ide pemikiran yang membantu perusahaan untuk mengubah cara kerja mereka
untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia yang terjadi secara cepat.
d)
Memahami
kebutuhan-kebutuhan wanita
Wanita
lebih mampu memahami kebutuhan-kebutuhan wanita daripada pria karena wanita memiliki
peran yang lebih besar dalam ekonomi. Keputusan-keputusan yang berhubungan
dengan rumah tangga, pendidikan dan kesehatan, berasal dari mereka dan juga
karena mereka memiliki peran yang besar dalam keputusan-keputusan yang penting
seperti membeli rumah dan hal-hal lain.
e)
Pelimpahan
dan pemberian wewenang
Wanita
lebih lembut dalam bekerja daripada pria. Mereka lebih banyak memberikan
wewenang bagi para pegawai-pegawainya daripada pria. Wanita lebih banyak
memberikan kebebasan dalam mengambil keputusan, sehingga menjadikan tim lebih
bersemangat dan solid.
f)
Berpandangan
jauh ke depan
Wanita
lebih berpandangan jauh ke masa depan yang akan dating, baik di dunia maupun di
akhirat. Kajian-kajian telah membuktikan bahwa wanita lebih semangat mencari
informasi-informasi daripada pria, sehingga dengan begitu ia memiliki pandangan
yang lebih jauh dari pada pria.
g)
Komunikatif
Wanita
lebih siap untuk berdialog daripada pria dalam kondisi yang sama. Komunikasi
dan dialog merupakan fondasi dalam manajemen kerja.
h)
Hubungan-hubungan
Wanita
lebih cepat dan lebih kuat daripada pria dalam membangun relasi dengan orang
lain. Wanita lebih teliti daripada pria dalam menyadari kesalahan-kesalahan
yang dapat berpengaruh negatif bagi hubungannya dengan orang lain.[32]
2.
Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh
Laboratorium Studi Al-Qur'an Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung yang
berjudul “Ratu Balqis: Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an”.
Dengan hasil penelitian: Ratu Balqis merupakan potret lambang kemandirian
perempuan di bidang politik.
Al-Qur’an bercerita tentang kepemimpinan
seorang perempuan dengan memberikan contoh kepemimpinan ratu Balqis; penguasa
negeri Saba’. Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang mempunyai
kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam mengambil
suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Dia seorang ratu yang memiliki kekuasaan, namun kekuasaannya tidak menghalangi
ia tunduk dan patuh kepada kebenaran.[33]
Selanjutnya,
penelitian yang diterbitkan oleh republika.co.id pada hari Jum’at, 06 februari
2015 yang berjudul “Ratu Balqis
dari Saba Cermin Wanita Pemimpin”.
Dengan hasil penelitian: Ratu Balqis merupakan sosok
wanita yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik pada zaman kenabian. Wanita
ini tercatat dalam sejarah Islam sebagai wanita pertama yang memimpin sebuah
kerajaan. Wilayahnya terbentang dari Yaman hingga Ethiopia saat ini. Balqis
merupakan sosok ratu yang cerdik, cantik, dan memiliki jiwa kepemimpinan.[34]
Dalam
kedua penelitian tersebut memaparkan tentang ratu Balqis yang merupakan kepala
negara dan wanita pemimpin. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan meneliti
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kepemimpinan ratu Balqis.
F.
Metode Kajian
1.
Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
analisis deskriptif yaitu berusaha menggali sejauh mungkin produk tafsir yang
dilakukan oleh ulama tafsir terdahulu dalam hal ini adalah Tafsir al-Mishbah
karya M. Quraish Shihab, serta berbagai literatur lain yang relevan baik yang
bersifat primer maupun sekunder.[35]
Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian pustaka (library research) yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam
terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka
diberlakukan sebagai sumber ide untuk menemukan gagasan baru, sebagai bahan
dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga
kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah.[36]
Dalam penelitian pustaka ini peneliti akan menghimpun data tentang
kepemimpinan Ratu Balqis yang terdapat dalam Q.S al-Naml ayat 22-44 dalam Tafsir Al-Mishbah karya M.
Quraish Shihab, sekaligus menganalisis tentang nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
2.
Sumber
Data
a.
Sumber
Data Primer
Sumber data primer
yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.[37]
Penelitian ini terfokus untuk mengkaji tentang kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir
Al-Mishbah maka sumber data primer yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini diambil dari Tafsir Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab.
b.
Sumber
Data Sekunder
Sumber
data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian.[38]
Sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
a.
Ahmad
Rabi’ Abdul Mun’in. Pesona Ratu Bilqis (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2009).
b.
Ali,
Audah. Nama dan Kata dalam Al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2001).
c.
Amina
Wadud. terj., Abdullah Ali. Qur’an Menurut Perempuan (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2006).
d.
Bahtiar
Effendi. Mutiara Terpendam, Perempuan dalam Literature Islam dan Klasik
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002).
e.
Barbara
Freyer Stowasser. terj. Mochtar Zoerni. Reinterpretasi Gender: Wanita dalam
Al-Qur’an, Hadis dan Tafsir (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001).
f.
M.
Quraish Shihab, Al-Asma’ Al-Husna dalam Perspekti Al-Qur’an (Tangerang:
Lentera Hati, 2008).
g.
M.
Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut
Anda Ketahui (Tangerang: Lentera Hati, 2011).
h.
Nurjannah
Ismail. Perempuan dalam Pasungan (Yogyakarta: LKiS, 2002).
i.
Rina
Novita dan Yoli Hemdi. Kisah-kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Lini Zikrul
Kids, 2009).
j.
Sri
Suhandjati Sukri. Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Jender, (Yogyakarta:
Gama Media, 2002).
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian pustaka ini, peneliti menggunakan teknik studi
dokumenter dalam mengumpulkan data untuk penelitian. Teknik studi dokumenter
adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi
bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari
sumber dokumen maupun buku, koran, majalah dan lain-lain.[39]
4.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi (content analysis). Nana Syaodih menjelaskan bahwa teknik
analisis isi ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi,
dokumen yang validitas, dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan
kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan terhadap
buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.[40]
Adapun alur yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu:
a.
Reduksi
data
Mereduksi
data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak
diperlukan.[41]
Data yang telah penulis dapatkan dari hasil studi pustaka, penulis kumpulkan
kemudian penulis reduksi dan diambil yang dibutuhkan saja.
b.
Display data
Mendisplay
data adalah menyajikan, menyusun, dan mengorganisasikan data ke dalam suatu pola
hubungan yang saling berkaitan, sehingga akan mudah dipahami.[42] Dalam
penyajian data penulis lakukan dalam bentuk uraian singkat.
c.
Conclusion
Setelah
melakukan tahap reduksi data dan display data , maka tahap selanjutnya yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi.[43]
Dengan adanya tahap kesimpulan dan verifikasi dapat digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yang sudah dirumuskan sejak awal.
G.
Sistematika Pembahasan
Penulisan karya
ilmiah harus bersifat sistematis, dan dibangun secara berkesinambungan. Dalam
penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang terdiri dari:
latar belakang masalah yang merupakan academic problem atau kegelisahan
akademik dari penulis sehingga perlu diteliti untuk kepentingan pengembangan
ilmu; rumusan masalah yang memaparkan tentang masalah-masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini, tujuan penelitian; manfaat penelitian yang menggambarkan
tentang kegunaan penelitian ini; Kajian teori yang memaparkan tentang
teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan yaitu
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dan teori tentang kepemimpinan; Telaah
hasil penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang sudah ada yang
terkait dengan ratu Balqis yang kemudian akan diuraikan persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan; metode penelitian yaitu menjelaskan
tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dan sistematika
pembahasan yang merupakan pola pembahasan dalam bentuk bab dan sub bab yang
secara logis berhubungan merupakan kebulatan dari masalah yang diteliti.
BAB II :
Kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah
Dalam bab ini
memamparkan tentang biografi M. Quraish Shihab dan profil Tafsir Al-Mishbah
untuk memberikan gambaran tentang penulis dan Tafsir Al-Mishbah secara
umum, Bab ini juga memaparkan tentang kepemimpinan Ratu Balqis yang terdapat
dalam Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, untuk memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana karakteristik kepemimpinan Ratu
Balqis.
BAB III : Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Yang Terkandung Dalam Kepemimpinan Ratu Balqis
Bab tiga merupakan analisis penulis terhadap data-data tetang
kepemimpinan Ratu Balqis dengan mengggunakan teori-teori kepemimpinan dan pendidikan
karakter yang ada di bab satu. Analisis dilakukan untuk mendapatkan tentang
kepemimpinan Ratu Balqis dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam kepemimpinan Ratu Balqis dalam surat al-Naml ayat 22-44.
BAB IV : Penutup
Bab empat merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang
memuat kesimpulan dan saran.
[1] Retno
Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif
(Jakarta: Erlangga, 2012), 4.
[2] M. Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 40.
[3] Listyarti, Pendidikan
Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif , 3.
[4] Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 50.
[5] Ibid.,
42.
[6] Ibid.,
40.
[7] Ali Audah, Nama
dan Kata dalam Al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001), 633.
[8] M. Quraish
Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan,
dan Keserasian al-Qur’an. Vol. 10, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
211.
[9] Rina Novita
dan Yoli Hemdi, Kisah-kisah Al-Qur’an (Jakarta: Lini Zikrul Kids, 2009),
237.
[10] Tim Penyusun
Pusat, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 981.
[11] Rohmat
Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
Nilai (Bandung: Alfabeta, 2011), 99.
[12] Khoiron
Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 114.
[13]Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 42.
[14] Hasan Basri, Filsafat
Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 3.
[15] Mahbubi, Pendidikan Karakter,
Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 39.
[16] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 12.
[17] Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 40.
[18] Ibid.,
41.
[19] Ibid.,
3.
[20] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja
sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44.
[21] Listyarti, Pendidikan
karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 5
[22] Mohamad
Mustari, Nilai Karakter, Refleksi untuk Pendidikan. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), 11
[23] Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44-48.
[24] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 46.
[25] Listyarti, Pendidikan
karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 7.
[26] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 52.
[27] Ibid.,
48.
[28] E. Mulyasa, Manajemen
Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 9.
[29] Thariq M.
As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil,
Melahirkan Pemimpin Masa Depan
(Jakarta: Gema Insani 2005), 10.
[30] Moh. Romzi
Al-Amiri Mannan, Fiqih Perempuan, Pro Kontra Kepemimpinan Perempuan dalam
Wacana Islam Klasik dan Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2011), 31-32.
[32] Thariq M.
As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil. Melahirkan Pemimpinn Masa Depan,
206-213.
[33] Laboratorium
studi al-Qur’an, Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an,
(online), http://laboratoriumstudial-quran.blogspot.com, Diakses
tanggal 13 april 2015.
[34] Hafidz
Muftisany, Ratu Balqis dari Saba Cermin Wanita Pemimpin, (online), http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/02/06/njcnzp-ratu-balqis-dari-saba-cermin-wanita-pemimpin,
Diakses tanggal 13 april 2015.
[35] Nur Hakim, Metodologi
Studi Islam (Malang: UMM Press, 2005), 84.
[36] Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, Buku Pedoman
Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2014), 55.
[37] Winarno
Surackhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1998), 134.
[38] Sumardi
Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 91.
[39] Hadari Nawawi,
Metodologi bidang social (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2007), 101.
[40] Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 81-82.
[41]Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2009), 247.
[42] Ibid., 249.
[43] Ibid., 252.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar