Senin, 02 November 2015

skripsi revisi 2 bab 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Tujuan pendidikan ialah pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimiliknya. Proses pendidikan dalam bahasa sederhana adalah mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.  Namun, pada praktiknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik, sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa.[1]
Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.[2]
Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek, yaitu: mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah tabiat yang baik.[3]
Perilaku berkarakter mendasarkan diri pada tindakan sadar dalam merealisasikan nilai. Meskipun mereka belum memiliki konsep yang jelas tentang nilai karakter, untuk itulah tindakan diakatakan bernilai jika sesorang itu melakukannya dengan bebas, sadar dan dengan pengetahuan. Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter ialah mengajarkan nilai-nilai itu, sehingga murid mampu dan memiliki pemahaman konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang biasa dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.[4]
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan. Dengan demikian, pembelajaran nilai karakter tidak hanya pada ranah kognitif, namun menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata.[5]
Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan ialah nilai-nilai universal, di mana seluruh agama, tradisi dan kultur pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai universal itu harus menjadi perekat bagi seluruh masyarakat meski berbeda latar belakang kultur, suku dan agama.[6]
Penanaman nilai-nilai karakter bisa melalui keteladan sikap-sikap yang dimiliki oleh tokoh-tokoh yang terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang sudah terjamin kebenarannya. Setiap kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an pasti memiliki hikmah ataupun pelajaran yang dapat kita ambil.
Kisah kepemimpinan Ratu Balqis merupakan salah satu dari sekian banyak kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Kisah kepemimpinan Ratu Balqis tergambar dalam Al-Qur’an surat al-Naml ayat 22-44. Nama Putri Balqis, dalam tradisi Arab memang sudah berakar. Dalam beberapa hadis disebutkan nama Balqis yang lebih lengkap yaitu Balqis binti Shurahbil. Bapaknya seorang raja terpandang dan berkedudukan sangat penting.[7] Ratu itu dianugerahi segala sesuatu yang dapat menjadikan kekuasaannya langgeng, kuat dan besar. Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat, kekuatan bersenjata yang tangguh, serta pemerintahan yang stabil.[8] Dia seorang pemimpin bijaksana yang mencintai perdamaian.[9]
Pembelajaran yang diajarkan oleh pendidik saat ini hanya sampai pada tahap materi saja. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dimiliki oleh tokoh-tokoh seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an belum ditanamkan secara menyeluruh karena hanya dianggap sebagai materi pengenalan dan pengetahuan tokoh saja.
Penanaman karakter yang belum diperhatikan dan ditanamkan oleh pendidik dapat menjadikan peserta didik kurang memiliki karakter yang mulia sehingga jika nantinya memiliki profesi seperti pejabat negara, pendidik, penegak hukum dan sebagainya dapat menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter seperti korupsi, kasus suap dan sebagainya.
Kondisi yang demikian, kiranya cukup relevan untuk menanamkan nilai-nilai karakter melalui keteladanan sikap-sikap yang dimiliki oleh tokoh yang terdapat dalam Al-Qur’an seperti dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Tafsir al-Mishbah karena tafsir ini mudah dipahami. Tafsir ini menjelaskan kosa kata yang dipandang perlu, serta menjelaskan munasabah ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Tafsir al-Mishbah banyak mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni, informatif, argumentatif. Tafsir ini tersaji dengan gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna segenap kalangan.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Kepemimpinan Ratu Balqis Perspektif Pendidikan Karakter (Kajian Terhadap Tafsir Al-Mishbah Surat An-Naml Ayat 22-44)”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah surat Al-Naml ayat 22-44?
2.      Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah surat Al-Naml ayat 22-44.
2.      Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
D.    Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tentunya akan mendatangkan suatu hasil, baik ini secara teoritis maupun secara praktis. Dari hasil tersebut diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Secara Teoritis
a.       Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
b.      Berguna sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
2.      Secara Praktis
a.       Bagi penulis
Hasil penelitian tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis ini diharapkan bisa diaplikasikan dalam kehidupan penulis.

b.      Bagi pendidik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengajar dalam meningkatkan kualitas karakter peserta didik.
E.     Kajian Teori dan Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
1.      Kajian Teori
a.      Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1)      Pengertian Nilai
Nilai atau value dalam bahasa inggris dapat berarti harga, potensi, isi, kadar atau mutu bisa juga berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[10] Nilai adalah makna yang ada di belakang fenomena kehidupan. Dapat pula dikatakan bahwa nilai adalah makna yang mendahului fenomena kehidupan itu. Ketika nilai berubah, fenomena dapat mengikuti perubahan nilai. Demikian pula, jika fenomena kehidupan itu berubah, maka nilai cenderung menyertainya. Keadaan itu terjadi karena salah satu cara mengamati nilai dapat dilalui dengan mencermati fenomena yang lahir dalam kehidupan.[11]
Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya, jadi barang mengandung nilai, karena subyek yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subyek atau obyek, nilai tidak ada. Suatu benda ada, sekalipun manusia tidak ada. Tapi benda itu tidak bernilai, kalau manusia tidak ada.[12]
Menurut Richard Eyre & Linda, sebagaimana dikutip oleh Abdul Madjid, nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun orang lain.[13]
Berdasarkan paparan beberapa definisi nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu makna yang mendahului fenomena kehidupan yang berupa ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya nilai yang benar dan diterima secara universal yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun orang lain.
2)      Pendidikan Karakter
Pendidikan berasal dari kata didik artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang maknanya perbuatan membina atau melatih atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.[14]
Secara etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Inggris character yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang membedakan individu dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabiat, perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan sebagai watak atau sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.[15]
Apa pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya.[16]
Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.[17]
Yudi Latif mengutip Thomas Lickona mengatakan bahwa pendidikan karakter ialah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa tatkala kita berfikir tentang bentuk karakter yang ingin ditunjukkan anak-anak, teramat jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli apa yang benar serta melakukan apa yang diyakini benar.[18]
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya  melalui proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.
3)      Hakikat Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.[19]
4)      Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai-perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, kultur serta adat istiadat.
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum, etika akademik dan prinsip-prinsip HAM telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan serta kebangsaan. Adapun daftar nilai-nilai utama yang dimaksud yaitu:[20]
a)      Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan: Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.[21]
b)      Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1.      Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.[22]
2.      Bertanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas daan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri dan masyarakat.



3.      Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4.      Disiplin
Mengerjakan sesuatu dengan tertib, memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif, belajar secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggungjawab.
5.      Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugan dengan sebaik-baiknya.
6.      Percaya diri
Menunjukkan bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan dan tidak mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain.
7.      Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara baru dari apa yang telah dimiliki.
8.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
9.      Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.  Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c)      Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1.      Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta merealisasikan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri serta orang lain.
2.      Patuh pada norma sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
3.      Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.


4.      Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
5.      Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
d)     Nilai karakter dalam hubungannya dengan  lingkungan: Peduli sosial dan lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e)      Nilai kebangsaan
1.      Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, kultur, ekonomi, dan politik bangsanya.
2.      Menghargai keberagaman
Sikap memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, kultur suku dan agama.[23]
Sedangkan dalam buku-buku yang lain terdapat nilai-nilai pendidikan karakter selain yang disebutkan di atas, di antaranya yaitu:
a)      Berpikir jauh ke depan
Biasa berpikir dahulu sebelum berbuat; berpikir untuk kepentingan sekarang dan yang akan datang.[24]
b)      Cinta damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.[25]
c)      Tegas
Berani mengatakan tidak terhadap sesuatu yang tidak baik/tidak benar; menghindari sikap dan tindakan ikut-ikutan.[26]
5)      Bentuk-Bentuk Pendidikan Karakter
Menurut Yahya Khan, terdapat empat bentuk pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan, antara lain:
a)      Pendidikan karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan karakter yang berlandaskan kebenaran wahyu.
b)      Pendidikan karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.
c)      Pendidikan karakter berbasis lingkungan.
d)     Pendidikan karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.[27]
6)      Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk menngkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan mengiternalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.[28]


b.      Kepemimpinan
1)      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih tujuan. Kepemimpinan memiliki tiga unsur: 1) Adanya tujuan yang menggerakkan manusia. 2) Adanya Sekelompok orang. 3) Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada manusia.[29]
2)      Jenis-jenis Kepemimpinan politik
Hadari Nawawi membagi pemimpin dilihat dari segi cara memimpinnya kepada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a)      Kepemimpinan otoriter, yaitu pemimpin yang menempatkan kekuasaan ditangannya sebagai penguasa yang disebut atasan dan sejumlah orang yang dipimpin sebagai bawahan, sehingga pihak atasan bertindak sebagai penguasa yang tidak dapat dibantah dan orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan mempergunakan ancaman dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya.
b)      Kepemimpinan laissez faire, yaitu pemimpin yang menetapkan dirinya sebagai simbol, karena dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan, pucuk pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasihat.
c)      Kepemimpinan demokratis, yaitu pemimpin yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin diwujudkan dalam human relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan menghormati. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat manusiawi sebagaimana dirinya.[30]
3)    Syarat-syarat Kepemimpinan
Untuk menjabat sebagai pimpinan biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, persyaratan tersebut bertujuan agar semua program berjalan secara efektif dan optimal. Menurut Nawawi persyaratannya antara lain sebagai berikut:
a)      Memiliki kecerdasan atau inteligensi yang cukup baik. Dengan kata lain memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya, serta berpengetahuan dan berpandangan luas.
b)      Percaya diri sendiri dan bersifat membership, serta cakap bergaul dan ramah tamah. Dengan kata lain, ia suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
c)      Kreatif, penuh inisiatif, memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik, serta tergolong organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
d)     Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional, sabar, jujur, rendah hati, sederhana, dapat dipercaya, bijaksana, disiplin, berlaku adil, serta sehat jasmani dan rohani.
e)      Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta berani mengambil keputusan dan beranggungjawab.[31]
4)      Sifat-sifat Kepemimpinan Perempuan
Perempuan memiliki sifat-sifat alamiah yang diberikan oleh Allah SWT yang membedakannya dengan pria. Kajian-kajian kontemporer menunjukkan adanya beberapa sifat yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk melaksanakan kepemimpinan dalam kondisi yang sesuai baginya. Berikut ini beberapa sifat tersebut:
a)      Partisipasi
Jumlah wanita saat ini lebih dari setengah jumlah masyarakat. Kini wanita memiliki peran dalam semua perubahan ideologi dan pemikiran. Salah satu bentuk partisipasinya adalah musyawarah dalam proses pengambilan keputusan. Wanita menyenangi musyawarah, mengungkapkan perasaan dan partisipasi. Ini merupakan sifat yang baik dan dianjurkan oleh pakar manajemen kepada semua pemimpin masa kini.
b)      Kelembutan
Perasaan kasih sayang dan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain dan kondisi mereka akan membantu wanita dalam membangun hubungan-hubungan yang sejati dan tulus, sehingga membuat para pengikut mencintainya dan bergerak bersamanya menuju tujuan-tujuan bersama dengan penuh kesadaran.
c)      Kreatif
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita 25% lebih kreatif daripada pria. Apabila kita tambahkan bahwa peran serta wanita dalam manajemen perusahaan termasuk hal baru, semua ini memberikan kesempatan kepada wanita untuk menunjukkan kemampuannya menemukan solusi-solusi yang belum pernah ada dan menyumbangkan ide-ide pemikiran yang membantu perusahaan untuk mengubah cara kerja mereka untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia yang terjadi secara cepat.
d)     Memahami kebutuhan-kebutuhan wanita
Wanita lebih mampu memahami kebutuhan-kebutuhan wanita daripada pria karena wanita memiliki peran yang lebih besar dalam ekonomi. Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan rumah tangga, pendidikan dan kesehatan, berasal dari mereka dan juga karena mereka memiliki peran yang besar dalam keputusan-keputusan yang penting seperti membeli rumah dan hal-hal lain.
e)      Pelimpahan dan pemberian wewenang
Wanita lebih lembut dalam bekerja daripada pria. Mereka lebih banyak memberikan wewenang bagi para pegawai-pegawainya daripada pria. Wanita lebih banyak memberikan kebebasan dalam mengambil keputusan, sehingga menjadikan tim lebih bersemangat dan solid.
f)       Berpandangan jauh ke depan
Wanita lebih berpandangan jauh ke masa depan yang akan dating, baik di dunia maupun di akhirat. Kajian-kajian telah membuktikan bahwa wanita lebih semangat mencari informasi-informasi daripada pria, sehingga dengan begitu ia memiliki pandangan yang lebih jauh dari pada pria.
g)      Komunikatif
Wanita lebih siap untuk berdialog daripada pria dalam kondisi yang sama. Komunikasi dan dialog merupakan fondasi dalam manajemen kerja.
h)      Hubungan-hubungan
Wanita lebih cepat dan lebih kuat daripada pria dalam membangun relasi dengan orang lain. Wanita lebih teliti daripada pria dalam menyadari kesalahan-kesalahan yang dapat berpengaruh negatif bagi hubungannya dengan orang lain.[32]
2.      Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Studi Al-Qur'an Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung yang berjudul “Ratu Balqis: Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an”. Dengan hasil penelitian: Ratu Balqis merupakan potret lambang kemandirian perempuan di bidang politik. Al-Qur’an bercerita tentang kepemimpinan seorang perempuan dengan memberikan contoh kepemimpinan ratu Balqis; penguasa negeri Saba’. Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Dia seorang ratu yang memiliki kekuasaan, namun kekuasaannya tidak menghalangi ia tunduk dan patuh kepada kebenaran.[33]
Selanjutnya, penelitian yang diterbitkan oleh republika.co.id pada hari Jum’at, 06 februari 2015 yang berjudul “Ratu Balqis dari Saba Cermin Wanita Pemimpin”. Dengan hasil penelitian: Ratu Balqis merupakan sosok wanita yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik pada zaman kenabian. Wanita ini tercatat dalam sejarah Islam sebagai wanita pertama yang memimpin sebuah kerajaan. Wilayahnya terbentang dari Yaman hingga Ethiopia saat ini. Balqis merupakan sosok ratu yang cerdik, cantik, dan memiliki jiwa kepemimpinan.[34]
Dalam kedua penelitian tersebut memaparkan tentang ratu Balqis yang merupakan kepala negara dan wanita pemimpin. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan meneliti tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kepemimpinan ratu Balqis.
F.     Metode Kajian
1.      Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis deskriptif yaitu berusaha menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan oleh ulama tafsir terdahulu  dalam hal ini adalah Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, serta berbagai literatur lain yang relevan baik yang bersifat primer maupun sekunder.[35]
Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka diberlakukan sebagai sumber ide untuk menemukan gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah.[36]
Dalam penelitian pustaka ini peneliti akan menghimpun data tentang kepemimpinan Ratu Balqis yang terdapat dalam Q.S al-Naml ayat 22-44  dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, sekaligus menganalisis tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis.
2.      Sumber Data
a.       Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.[37] Penelitian ini terfokus untuk mengkaji tentang kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah maka sumber data primer yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini diambil dari Tafsir Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab.
b.      Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian.[38] Sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
a.       Ahmad Rabi’ Abdul Mun’in. Pesona Ratu Bilqis (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009).
b.      Ali, Audah. Nama dan Kata dalam Al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001).
c.       Amina Wadud. terj., Abdullah Ali. Qur’an Menurut Perempuan (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006).
d.      Bahtiar Effendi. Mutiara Terpendam, Perempuan dalam Literature Islam dan Klasik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002).
e.       Barbara Freyer Stowasser. terj. Mochtar Zoerni. Reinterpretasi Gender: Wanita dalam Al-Qur’an, Hadis dan Tafsir (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001).
f.       M. Quraish Shihab, Al-Asma’ Al-Husna dalam Perspekti Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2008).
g.      M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Tangerang: Lentera Hati, 2011).
h.      Nurjannah Ismail. Perempuan dalam Pasungan (Yogyakarta: LKiS, 2002).
i.        Rina Novita dan Yoli Hemdi. Kisah-kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Lini Zikrul Kids, 2009).
j.        Sri Suhandjati Sukri. Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Jender, (Yogyakarta: Gama Media, 2002).

3.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pustaka ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumenter dalam mengumpulkan data untuk penelitian. Teknik studi dokumenter adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku, koran, majalah dan lain-lain.[39]
4.      Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Nana Syaodih menjelaskan bahwa teknik analisis isi ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas, dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.[40]
Adapun alur yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu:
a.       Reduksi data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak diperlukan.[41] Data yang telah penulis dapatkan dari hasil studi pustaka, penulis kumpulkan kemudian penulis reduksi dan diambil yang dibutuhkan saja.
b.      Display data
Mendisplay data adalah menyajikan, menyusun, dan mengorganisasikan data ke dalam suatu pola hubungan yang saling berkaitan, sehingga akan mudah dipahami.[42] Dalam penyajian data penulis lakukan dalam bentuk uraian singkat.
c.       Conclusion
Setelah melakukan tahap reduksi data dan display data , maka tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.[43] Dengan adanya tahap kesimpulan dan verifikasi dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan sejak awal.
G.    Sistematika Pembahasan
Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, dan dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:
BAB I      :    Pendahuluan
Bab ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang terdiri dari: latar belakang masalah yang merupakan academic problem atau kegelisahan akademik dari penulis sehingga perlu diteliti untuk kepentingan pengembangan ilmu; rumusan masalah yang memaparkan tentang masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, tujuan penelitian; manfaat penelitian yang menggambarkan tentang kegunaan penelitian ini; Kajian teori yang memaparkan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan yaitu tentang nilai-nilai pendidikan karakter dan teori tentang kepemimpinan; Telaah hasil penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang sudah ada yang terkait dengan ratu Balqis yang kemudian akan diuraikan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan; metode penelitian yaitu menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dan sistematika pembahasan yang merupakan pola pembahasan dalam bentuk bab dan sub bab yang secara logis berhubungan merupakan kebulatan dari masalah yang diteliti.
BAB II     :    Kepemimpinan Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Mishbah
Dalam bab ini memamparkan tentang biografi M. Quraish Shihab dan profil Tafsir Al-Mishbah untuk memberikan gambaran tentang penulis dan Tafsir Al-Mishbah secara umum, Bab ini juga memaparkan tentang kepemimpinan Ratu Balqis yang terdapat dalam Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana karakteristik kepemimpinan Ratu Balqis.
BAB III :   Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Kepemimpinan Ratu Balqis
Bab tiga merupakan analisis penulis terhadap data-data tetang kepemimpinan Ratu Balqis dengan mengggunakan teori-teori kepemimpinan dan pendidikan karakter yang ada di bab satu. Analisis dilakukan untuk mendapatkan tentang kepemimpinan Ratu Balqis dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kepemimpinan Ratu Balqis dalam surat al-Naml ayat 22-44.
BAB IV     :   Penutup
Bab empat merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang memuat kesimpulan dan saran.



[1] Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif (Jakarta: Erlangga, 2012), 4.
[2] M. Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter  (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 40.
[3] Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif , 3.
[4] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 50.
[5] Ibid., 42.
[6] Ibid., 40.
[7] Ali Audah, Nama dan Kata dalam Al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001), 633.
[8] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Vol. 10, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 211.
[9] Rina Novita dan Yoli Hemdi, Kisah-kisah Al-Qur’an (Jakarta: Lini Zikrul Kids, 2009), 237.
[10] Tim Penyusun Pusat, Kamus Bahasa Indonesia  (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 981.
[11] Rohmat Mulyana,  Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2011), 99.
[12] Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 114.
[13]Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 42.
[14] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 3.
[15]  Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 39.
[16] Majid dan Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 12.
[17] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 40.
[18] Ibid., 41.
[19] Ibid., 3.
[20] Mahbubi,  Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44.
[21] Listyarti, Pendidikan karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 5
[22] Mohamad Mustari, Nilai Karakter, Refleksi untuk Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 11
[23] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44-48.
[24] Majid dan Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 46.
[25] Listyarti, Pendidikan karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 7.
[26] Majid dan Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 52.
[27] Ibid., 48.
[28] E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),  9.
[29] Thariq M. As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil,  Melahirkan Pemimpin Masa Depan  (Jakarta: Gema Insani 2005), 10.
[30] Moh. Romzi Al-Amiri Mannan, Fiqih Perempuan, Pro Kontra Kepemimpinan Perempuan dalam Wacana Islam Klasik dan Kontemporer  (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2011), 31-32.
[31]Ibid., 32.
[32] Thariq M. As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil. Melahirkan Pemimpinn Masa Depan, 206-213.
[33] Laboratorium studi al-Qur’an, Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an, (online), http://laboratoriumstudial-quran.blogspot.com, Diakses tanggal 13 april 2015.
[34] Hafidz Muftisany, Ratu Balqis dari Saba Cermin Wanita Pemimpin, (online), http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/02/06/njcnzp-ratu-balqis-dari-saba-cermin-wanita-pemimpin, Diakses tanggal 13 april 2015.
[35] Nur Hakim, Metodologi Studi Islam (Malang: UMM Press, 2005), 84.
[36] Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2014), 55.

[37] Winarno Surackhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1998), 134.
[38] Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 91.
[39] Hadari Nawawi, Metodologi bidang social  (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), 101.
[40] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 81-82.
[41]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009),  247.
[42] Ibid., 249.
[43] Ibid., 252.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar