Senin, 02 November 2015

skripsi siang bab 5

BAB V
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA TAFSIR AL-MISHBA<H KARYA M. QURAISH SHIHAB
DAN TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA

A.  Persamaan antara Tafsir al-Mishba<h Karya M. Quraish Shihabdan Tafsir al-Azhar Karya Hamka
Dari sekian banyak metode tafsir yang berperan dalam memahami al-Qur`an, mufassir membatasi empat metode tafsir, yaitu global (ijmali), analitis  (tahlili), perbandingan (muqarin) dan  tematik (maudlu’i). Kemudian dari keempat metode itu, yang paling popular penerapannya, adalah metode tahlili dan maudlu’i.
Dalam Tafsir al-Mishba<h ini menggunakan metode  tahlili, berupaya menjelaskan kandungan  ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai sisi dengan memperhatikan  sistematika kronologis ayat-ayat al-Qur’an sebagaiman dimuat  dalam mushaf. Sisi-sisi yang diterangkan misalnya; adalah dari  kosa kata, latar belakang turunnya ayat, dan korelasi ayat.  Tafsir al-Mishba<h, ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an dalam karya tafsirnya itu,  M. Quraish Shihab banyak memberi penekanan pada pengertian kosakata dan pada ungkapan-ungkapan al-Qur`an. Dalam pemaparan kosakata dan ungkapan-ungkapan al-Qur`an ini, M.  Quraish Shihab banyak merujuk pada pandangan ahli bahasa.  M. Quraish Shihab juga dengan sangat baik mengungkapkan bagaimana kosakata atau ungkapan  tersebut digunakan oleh al-Qur`an. Pemahaman makna ayat tersebut dianggapnya sebagai sesuatu yang  sangat penting. Hal ini dikarenakan, al-Qur`an memberi muatan makna yang berbeda dari pengertian semantik yang digunakan oleh masyarakat Arab pada masa al-Qur`an diturunkan. Sedangkan corak yang digunakan adalah corak tafsir Adabi al-Ijtima`i.
Sedangkan metode penafsiran yang dipakai Hamka, dalam  Tafsir al-Azhar juga menggunakan metode tahlili sebagai pisau analisisnya. Dalam menggunakan metode penafsiran, Hamka sebagaimana diungkapkannya dalam tafsirnya ia merujuk atau “berkiblat” peda metode yang dipakai dalam  Tafsir  al-Manar  yakni metode  tahlili  (analitis). Berkiblatnya Hamka dalam menggunakan metode penafsiran terhadap Tafsir  al-Manar, membuat corak yang dikandung oleh  Tafsir  al-Azhar mempunyai kesamaan.
Adapun dilihat dari corak penafsiran,  Tafsir  al-Azhar  mempunyai corak  Adabi al-Ijtima’i. Corak ini menitik beratkan penjelasan ayat-ayat al-Qur`an dengan ungkapan-ungkapan yang teliti, menjelaskan makna-makna yang dimaksud al-Qur`an dengan bahasa yang indah dan menarik, tafsir ini berusaha menghubungkan nash-nash al-Qur`an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada.
Mereka menggunakan beberapa  sumber tafsir yang sama, meskipun juga ada beberapa yang berbeda. Sumber tafsir yang sama-sama mereka gunakan adalah al-Qur`an, hadits, pendapat sahabat, pendapat tabi’in dan ra’yi. Mereka juga menggunakan asbab al-Nuzul.
Kemudian dalam memaknai dan mengartikan Rabbani mereka juga tidak banyak ditemukan perbedaan. Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishba<h, Rabbani diartikan sebagai pendidik atau pelindung. Dan sebagai seorang pendidik dituntut untuk selalu belajar dan terus belajar, mengajar dan belajar lagi, artinya seorang pendidik harus selalu mengembangkan pengetahuannya, menambah wawasan keilmuannya. Sedangkan menurut DR. Hamka dalam Tafsir al-Azhar, Rabbani diartikan sebagai orang-orang ketuhanan atau orang-orang yang dekat dengan Tuhan. Dan sebagai orang yang telah dekat dengan Tuhan maka seorang Rabbani juga harus  belajar dan terus belajar, mengajar dan belajar lagi, selain itu ia juga harus menjadi pencontoh para Nabi, menjadikan Nabi sebagai tauladannya. Dengan begitu ia juga bisa menjadi contoh atau tauladan bagi orang lain.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa antara Tafsir al-Mishba<h Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir al-Azhar Karya Hamka memiliki persamaan, keduanya sama-sama menggunakan metode analitis (tahilili), selain itu juga menggunakan corak penafsiran yang sama yakni corak penafsiran Adabi al-Ijtima’i.




B.  Perbedaan antara Tafsir al-Mishba<h Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir
al-Azhar Karya Hamka
Meskipun menggunakan metode  tahlili,  dalam  Tafsir al-Azhar, tampaknya Hamka tidak banyak memberikan penekanan pada penjelasan makna kosakata. Hanya saja Hamka banyak memberikan penekanan  pada pemahaman ayat-ayat al-Qur`an secara menyeluruh. Setelah mengemukakan terjemah ayat, Hamka biasanya langsung menyampaikan uraian makna dan petunjuk yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkan dengan tanpa banyak menguraikan makna kosakata. Kalaupun ada penjelasan tentang makna kosakata dalam Tafsir al-Azhar, maka itupun sangat jarang ditemukan. Sedangkan M. Quraish Shihab banyak memberi penekanan pada pengertian kosakata dan pada ungkapan-ungkapan al-Qur`an. Dalam pemaparan kosakata dan ungkapan-ungkapan al-Qur`an ini, M.  Quraish Shihab banyak merujuk pada pandangan ahli bahasa.  M. Quraish Shihab juga dengan sangat baik mengungkapkan bagaimana kosakata atau ungkapan  tersebut digunakan oleh al-Qur`an.
Dilihat dari sudut bahasanya,  dalam Tafsir al-Mishba<h  yakni sudut bahasa yang digunakan adalah bahasa yang modern atau kontemporer. Sedangkan dalam Tafsir al-Azhar yakni sudut bahasa yang digunakan adalah bahasa sastra (nuansa sastranya sangat kental).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar