BAB V
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
ANTARA TAFSIR AL-MISHBA<H KARYA M. QURAISH SHIHAB
DAN TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA
A. Persamaan antara Tafsir al-Mishba<h Karya M. Quraish Shihabdan Tafsir
al-Azhar Karya Hamka
Dari
sekian banyak metode tafsir yang berperan dalam memahami al-Qur`an, mufassir
membatasi empat metode tafsir, yaitu global (ijmali), analitis (tahlili), perbandingan (muqarin)
dan tematik (maudlu’i). Kemudian
dari keempat metode itu, yang paling popular penerapannya, adalah metode tahlili
dan maudlu’i.
Dalam
Tafsir al-Mishba<h
ini
menggunakan metode tahlili,
berupaya
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dari berbagai sisi dengan memperhatikan
sistematika kronologis ayat-ayat al-Qur’an sebagaiman dimuat dalam mushaf. Sisi-sisi yang diterangkan misalnya;
adalah dari kosa kata, latar belakang turunnya
ayat, dan korelasi ayat. Tafsir al-Mishba<h,
ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an dalam karya tafsirnya itu, M. Quraish Shihab banyak memberi penekanan
pada pengertian kosakata dan pada ungkapan-ungkapan al-Qur`an. Dalam pemaparan
kosakata dan ungkapan-ungkapan al-Qur`an ini, M. Quraish Shihab banyak merujuk pada pandangan
ahli bahasa. M. Quraish Shihab juga
dengan sangat baik mengungkapkan bagaimana kosakata atau ungkapan tersebut digunakan oleh al-Qur`an. Pemahaman
makna ayat tersebut dianggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting. Hal ini dikarenakan,
al-Qur`an memberi muatan makna yang berbeda dari pengertian semantik yang
digunakan oleh masyarakat Arab pada masa al-Qur`an diturunkan. Sedangkan corak
yang digunakan adalah corak tafsir Adabi al-Ijtima`i.
Sedangkan
metode penafsiran yang dipakai Hamka, dalam
Tafsir al-Azhar juga menggunakan metode tahlili sebagai
pisau analisisnya. Dalam menggunakan metode penafsiran, Hamka sebagaimana diungkapkannya
dalam tafsirnya ia merujuk atau “berkiblat” peda metode yang dipakai dalam Tafsir
al-Manar yakni metode tahlili (analitis). Berkiblatnya Hamka dalam
menggunakan metode penafsiran terhadap Tafsir al-Manar, membuat corak yang dikandung
oleh Tafsir al-Azhar mempunyai kesamaan.
Adapun
dilihat dari corak penafsiran, Tafsir al-Azhar
mempunyai corak Adabi
al-Ijtima’i. Corak ini menitik beratkan penjelasan ayat-ayat al-Qur`an
dengan ungkapan-ungkapan yang teliti, menjelaskan makna-makna yang dimaksud
al-Qur`an dengan bahasa yang indah dan menarik, tafsir ini berusaha
menghubungkan nash-nash al-Qur`an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial
dan sistem budaya yang ada.
Mereka
menggunakan beberapa sumber tafsir yang
sama, meskipun juga ada beberapa yang berbeda. Sumber tafsir yang sama-sama
mereka gunakan adalah al-Qur`an, hadits, pendapat sahabat, pendapat tabi’in dan
ra’yi. Mereka juga menggunakan asbab al-Nuzul.
Kemudian
dalam memaknai dan mengartikan Rabbani mereka juga tidak banyak ditemukan
perbedaan. Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishba<h, Rabbani diartikan
sebagai pendidik atau pelindung. Dan sebagai seorang pendidik dituntut untuk
selalu belajar dan terus belajar, mengajar dan belajar lagi, artinya seorang
pendidik harus selalu mengembangkan pengetahuannya, menambah wawasan
keilmuannya. Sedangkan menurut DR. Hamka dalam Tafsir al-Azhar, Rabbani diartikan
sebagai orang-orang ketuhanan atau orang-orang yang dekat dengan Tuhan. Dan
sebagai orang yang telah dekat dengan Tuhan maka seorang Rabbani juga
harus belajar dan terus belajar,
mengajar dan belajar lagi, selain itu ia juga harus menjadi pencontoh para
Nabi, menjadikan Nabi sebagai tauladannya. Dengan begitu ia juga bisa menjadi
contoh atau tauladan bagi orang lain.
Jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa antara Tafsir al-Mishba<h
Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir
al-Azhar Karya Hamka memiliki persamaan, keduanya sama-sama menggunakan
metode analitis (tahilili), selain itu juga menggunakan corak penafsiran
yang sama yakni corak penafsiran Adabi al-Ijtima’i.
B. Perbedaan antara Tafsir
al-Mishba<h
Karya M.
Quraish Shihab dan Tafsir
al-Azhar Karya Hamka
Meskipun
menggunakan metode tahlili, dalam Tafsir
al-Azhar, tampaknya Hamka tidak banyak memberikan penekanan pada penjelasan
makna kosakata. Hanya saja Hamka banyak memberikan penekanan pada pemahaman ayat-ayat al-Qur`an secara
menyeluruh. Setelah mengemukakan terjemah ayat, Hamka biasanya langsung
menyampaikan uraian makna dan petunjuk yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkan
dengan tanpa banyak menguraikan makna kosakata. Kalaupun ada penjelasan tentang
makna kosakata dalam Tafsir al-Azhar, maka itupun sangat jarang
ditemukan. Sedangkan M. Quraish Shihab banyak memberi penekanan pada pengertian
kosakata dan pada ungkapan-ungkapan al-Qur`an. Dalam pemaparan kosakata dan
ungkapan-ungkapan al-Qur`an ini, M.
Quraish Shihab banyak merujuk pada pandangan ahli bahasa. M. Quraish Shihab juga dengan sangat baik
mengungkapkan bagaimana kosakata atau ungkapan
tersebut digunakan oleh al-Qur`an.
Dilihat
dari sudut bahasanya, dalam Tafsir al-Mishba<h yakni sudut bahasa yang digunakan adalah
bahasa yang modern atau kontemporer. Sedangkan dalam Tafsir al-Azhar
yakni sudut bahasa yang digunakan adalah bahasa sastra (nuansa sastranya sangat
kental).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar