Minggu, 25 Oktober 2015

smt 5 fiqh

ketentuan islam tentang aqad
makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
STUDY FIQIH



 













Disusun oleh:
Qurriyatul Munawwaroh                 210311149



Dosen pengampu:
Erwin Yudhi Prahara


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
OKTOBER 2013

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran            :      FIQIH
Kelas/Semester           :      X/I
Alokasi waktu            :      2 x 45 menit
Standar Kompetensi   :      6. Memahami hokum Islam tentang kepemilikan
Kompetensi Dasar      :      6.2 Memahami hukum Islam tentang kepemilikan
                                           6.3 Memperagakan aturan Islam tentang kepemilikan dan aqad.
Indikator                     :      6.2.1 Menjelaskan pengertian aqad dan dasar hukum aqad.
                                           6.2.2 Menjelaskan syarat dan hukum aqad.
                                           6.2.3 Menjelaskan macam-macam sighat dalam aqad.
                                           6.2.4 Menunjukkan macam-macam aqad.
                                           6.2.5 Menjelaskan hikmah aqad.
                                           6.3.1 Mempraktekkan aturan kepemilikan dan aqad yang sesuai dengan syarat Islam.
                                           6.3.2  Menganalisis praktek kepemilikan dan aqad yang tidak sesuai dengan syariat.

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelajaran siswa/siswi mampu:
a.         Menjelaskan pengertian aqad dan dasar hukum aqad.
b.        Menjelaskan syarat dan hukum aqad.
c.         Menjelaskan macam-macam sighat dalam aqad.
d.        Menunjukkan macam-macam aqad.
e.         Menjelaskan hikmah aqad.     
f.         Mempraktekkan aturan kepemilikan dan aqad yang sesuai dengan syarat Islam.
g.        Menganalisis praktek kepemilikan dan aqad yang tidak sesuai dengan syariat.

II. Materi
a.         Pengertian aqad dan dasar hukum aqad.
b.        Syarat dan hukum aqad.
c.         Macam-macam sighat dalam aqad.
d.        Macam-macam aqad.
e.         Hikmah aqad. 

III. Metode / Strategi Pembelajaran
a.       Ceramah
b.      Tanya jawab
c.       Peer Lesson
d.      Diskusi

IV. Langkah-langkah Pembelajaran
1.      Kegiatan Awal (10 Menit)
Waktu
Kegiatan
Strategi/metode
Bahan/alat
5 Menit
Memberikan salam dan memulai pelajaran dengan basmalah serta mengecek siswa yang tidak masuk.
Tanya jawab
1.      Absensi
2.      alat tulis
2  Menit
Memberikan apersepsi kepada peserta didik.
Tanya jawab

3 Menit
Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang akan disampaikan.
Ceramah

2.      Kegiatan Inti (65 Menit)
Waktu
Kegiatan
Metode
Bahan / alat
5 menit








40 menit













20 menit


1.Guru membagi kelompok sesuai materi.
2.Guru membagikan hand out materi kepada masing-masing kelompok.
3.Siswa melakukan diskusi kelompok sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
4.setiap kelompok menunjuk salah satu dari mereka untuk persentasi atau mengajarkan topiknya didepan kelas.
5.Setelah selesai persentasi guru memberikan klarifikasi atau kesimpulan disertai dengan menjelaskan tentang kepemilikan dalam hukum Islam.
Peer Lesson






















Ceramah,
Tanya jawab
1.Hand out materi
2.Tim Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah. Modul Fiqih Fiqih kelas X semester genap. Sragen: CV Akik Pusaka, 2009.
3.      Penutup (15 menit)
waktu
Kegiatan
Metode
Bahan/alat
10 menit
Tanya jawab materi yang telah disampaikan
Tanya jawab

5 menit
Memberikan. kesimpulan materi yang disampaikan dan guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
Ceramah


V. Sumber Belajar
     a. Absensi        
     b. Alat tulis
     c. Hand out materi
     d. Tim Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah. Modul Fiqih Fiqih kelas X semester genap. Sragen: CV Akik Pusaka, 2009.


VI. Penilaian
a.       Jenis tagihan:
1.      Tes tulis (soal tes)
b.      Bentuk instrument
1.      Jawaban singkat
c.       Pedoman Penskoran
-          Setiap nomor terdiri dari 5 poin (1 nomor nilai 5)
-          Jumlah nilai seluruhnya: 5 x 20 = 100
A = 91-100 (Sangat baik)
B = 81-90 (Baik)
C = 71-80 (Cukup)
D = 61-70 (Kurang)


Kepala Sekolah                                                           Ponorogo, 10 Oktober 2013
                                                                                    Guru Mata Pelajaran,



Erwin Yudhi Prahara                                              Qurriyatul Munawwaroh
KETENTUAN ISLAM TENTANG AQAD
A.    Pengertian Aqad dan Dasar Hukum Aqad
Aqad menurut bahasa mempunyai arti ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah aqad adalah cara tertentu yang dilakukan untuh sahnya sebuah perbuatan. Menurut arti istilah para fuqaha’, aqad adalah: “Perikatan antara ijab dan qabul yang dibenarkan hukum syara’ yang menetapkan persetujuan kedua belah pihak”.
Ijab adalah ucapan seseorang untuk menyatakan kehendaknya dalam mengadakan aqad, sedang qabul adalah jawaban dari pihak kedua untuk menyatakan persetujuannya.
Dasar hukum dilakukannya aqad adalah firman Allah SWT yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”. (QS. Al-Maidah: 1)
Dari ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa melakukan aqad itu hukumnya wajib.
B.     Syarat dan Rukun Aqad
1.      Aqid ialah orang yang melakukan aqad, syaratnya:
a.       Baligh
b.      Berakal
c.       Mumayiz (mengerti terhadap sesuatu yang dilakukan)
d.      Orang yang dibenarkan secara hukum untuk melakukan aqad
2.      Ma’qud ‘alaih (barang yang menjadi obyek aqad/sesuatu yang diaqadkan), syaratnya:
a.       Barang itu nyata adanya
b.      Barang yang tidak dilarang oleh hukum syara’
c.       Bukan milik pihak lain
3.      Shighot (Ijab dan Qabul), syaratnya:
a.       Harus jelas pengertiannya menurut kebiasaan
b.      Menunjukkan kesungguhan dalam pembicaraannya
c.       Harus merupakan pemindahan hak dan tanggungjawab.


C.     Macam-macam Sighot dalam dalam aqad
1.      Aqad lisan
Yaitu akad yang dilakukan dengan cara pengucapan lisan.
2.      Aqad dengan Tulisan
Sebagaimana aqad jual beli dinyatakan sah dengan ijab qabul lisan, dapat juga dinyatakan dengan tulisan, dengan syarat: Bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat atau orang yang melakukan aqad itu bisu, tidak dapat berbicara. Jika mereka berdua berada dalam satu majelis dan tidak ada halangan berbicara, aqad tidak dapat dilakukan dengan tulisan, karena tidak ada penghalang berbicara yang merupakn ungkapan saling jelas. Kecuali jika terdapat sebab yang hakiki yang menunutut tidak dilangsungkannya aqad dengan ucapan.untuk kesempatan aqad, disyaratkan hendaknya orang dituju oleh tulisan itu mampu dan mau membaca tulisan itu.
3.      Aqad dengan perantaraan utusan
Selain dapat dengan lisan dan tulisan aqad juga dapat dilakukan dengan perantaraan utusan kedua belah pihak yang beraqad, dengan syarat: si utusan dari satu pihak menghadap kepada pihak lainnya. Jika tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak, aqad sudah menjadi sah.
4.      Aqad orang bisu
Aqad juga sah dengan bahasa isyarat yang dipahami dari orang bisu. Karena isyarat bagi orang bisu merupakan ungkapan dari apa yang ada didalam jiwanya tak ubahnya ucapan bagi orang yang dapat berbiacara. Bagi orang bisu boleh beraqad dengan tulisan sebagai ganti dari bahsa isyarat, ini jika si bisu memahami baca tulis. Persyaratan yang ditetapkan oleh sebagian ahli fiqih mengenai adanya persyaratan bunyi tertentu untuk aqad, tidak ada sumbernya baik dari al-qur’an maupun sunnah.
D.    Macam-macam Aqad
1.      Dilihat dari segi ditetapkan atau tidak oleh hukum syara’:
a.       Aqad Musamma, yaitu aqad yang sudah ditetapkan oleh hukum syara’ dan diberi hukum-hukumnya seperti jual beli.
b.      Aqad Ghairu Musamma, yaitu: aqad yang belum ditentukan istilah hukum dan namanya oleh negara.
2.      Dilihat dari segi disyariatkannya atau tidak:
a.       Aqad Musyaro’ah, yaitu: aqad yang dibenarkan oleh syara’ seperti jual beli.
b.      Aqad Mamnu’ah, yaitu: aqad yang dilarang oleh syara’, seperti jual ikan hidup ditengah laut.
3.      Dilihat dari segi sah atau tidaknya aqad:
a.       Aqad Shohibah yaitu aqad yang cukup syarat-syaratnya seperti menjual barang dengan harga yang umum.
b.      Aqad Fasidah yaitu aqad yang tidak sempurna seperti menjual sesuatu dengan harga yang ditentukan tetapi pembayarannya tidak jelas.
4.      Dilihat dari segi sifat bedanya:
a.       Aqad ‘Ainiyah yaitu aqad yang dilaksanakan bersamaan dengan barang yang di aqadi dihadapannya.
b.      Aqad Ghairu ‘Ainiyah yaitu aqad yang dilaksanakan tidak disertakan barangnya.
5.      Dilihat dari bentuk atau cara melakukannya:
a.       Aqad yang harus dilaksanakan dengan upacara tertentu seperti pernikahan.
b.      Aqad Ridhoiyah yaitu aqad yang tidak memerlukan upacara tertentu.
6.      Dilihat dari segi ashliyah dan tabi’iyah
a.       Aqad Ashliyah yaitu aqad yang berdiri sendiri seperti jual beli.
b.      Aqad Tabi’iyah yaitu aqad yang berpautan wujudnya pada adanya sesuatu yang lain seperti gadai.
7.      Dilihat dari segi segera berlakunya aqad:
a.       Aqad Fauriyah yaitu aqad yang pelaksanaannya tidak membutuhkan waktu yang lama seperti jual beli.
b.      Aqad Mustamirroh yaitu aqad yang pelaksanaannya membutuhkan waktu seperti wakalah.
8.      Dilihat dari segi tujuan aqad:
a.       Untuk tamlik seperti bai’ mudhorobah
b.      Untuk taukid seperti gadai
c.       Untuk menyerahkan kekuasaan seperti wakalah
d.      Untuk tarbiyah atau pemeliharaan seperti aqdul ‘ida’
9.      Dilihat dari segi tukar menukar hak:
a.       Aqad Mu’awadhoh yaitu aqad yang berlaku timbal balik seperti jual beli.
b.      Aqad Tabarru’at yaitu aqad yang berdasarkan pemberian dan pertolongan seperti hibah.
c.       Aqad asalnya Tabarru’at menjadi Mu’awadhoh seperti kafalah.
10.  Dilihat dari segi harus tidaknya dibayar:
a.       Aqad Dhoman yaitu aqad yang tanggung jawab pihak kedua sesudah barang itu diterimanya seperti jual beli.
b.      Aqad Amanah yaitu aqad yang tanggung jawab dipegang oleh yang memegang barang seperti syirkah.
E.     Hikmah Aqad
1.      Memperkuat hak milik seseorang sehingga pihak lain tidak bisa memilikinya.
2.      Benda yang dimiliki menjadi sah dan berhak untuk dimiliki dan dinikmati.
3.      Tidak bisa semena-mena dalam melangsungkan atau membatalkan suatu ikatan perjanjian.
4.      Menjadikan ketenangan kedua belah pihak didalam suatu transaksi atau memiliki sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar