BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1.
Pengertian Nilai
Nilai atau value dalam bahasa inggris dapat berarti harga,
potensi, isi, kadar atau mutu bisa juga berarti sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan.[1]
Nilai adalah makna yang ada di belakang fenomena kehidupan. Dapat pula
dikatakan bahwa nilai adalah makna yang mendahului fenomena kehidupan itu.
Ketika nilai berubah, fenomena dapat mengikuti perubahan nilai. Demikian pula,
jika fenomena kehidupan itu berubah, maka nilai cenderung menyertainya. Keadaan
itu terjadi karena salah satu cara mengamati nilai dapat dilalui dengan
mencermati fenomena yang lahir dalam kehidupan.[2]
Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan
tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa,
tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya, jadi barang mengandung nilai,
karena subyek yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subyek atau
obyek, nilai tidak ada. Suatu benda ada, sekalipun manusia tidak ada. Tapi
benda itu tidak bernilai, kalau manusia tidak ada.[3]
Menurut Richard Eyre & Linda, sebagaimana dikutip oleh Abdul
Madjid, nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang
menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang
menjalankan maupun orang lain.[4]
Berdasarkan paparan beberapa definisi nilai diatas dapat
disimpulkan bahwa nilai yaitu makna yang mendahului fenomena kehidupan yang
berupa ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu. Nilai
sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia
memasukkan nilai ke dalamnya nilai yang benar dan diterima secara universal
yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi
yang menjalankan maupun orang lain.
2.
Pendidikan Karakter
Pendidikan berasal dari kata didik artinya bina, mendapat awalan
pen-, akhiran –an, yang maknanya perbuatan membina atau melatih atau
mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan,
pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia
untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.[5]
Secara etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Inggris character
yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang
membedakan individu dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabiat, perangai
atau perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan
sebagai watak atau sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku.[6]
Apa pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Karakter dapat ditemukan dalam
sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap
tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya.[7]
Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.[8]
Yudi Latif mengutip Thomas Lickona mengatakan bahwa pendidikan
karakter ialah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan
dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa tatkala
kita berfikir tentang bentuk karakter yang ingin ditunjukkan anak-anak, teramat
jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli apa
yang benar serta melakukan apa yang diyakini benar.[9]
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang
merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilannya melalui proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.
Dalam perspektif Islam, pendidikan
karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia,
seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk memperbaiki atau
menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung
sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah,
tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh (ka>ffah) merupakan model karakter seorang
muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad Saw yang
memiliki sifat S}iddiq,
Tabligh, Amanah, Fat}a>nah.[10]
3.
Hakikat Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah
benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik
dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman
yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan
dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat
terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.[11]
4.
Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai-perilaku manusia
yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata karma, kultur serta adat istiadat.
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum,
etika akademik dan prinsip-prinsip HAM telah teridentifikasi butir-butir nilai
yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama yaitu nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan
lingkungan serta kebangsaan. Adapun daftar nilai-nilai utama yang dimaksud
yaitu:[12]
a.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan Tuhan: Religius yaitu sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.[13]
b.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1)
Jujur
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap pihak lain.[14]
2)
Bertanggung
Jawab
Sikap
dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas daan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri dan masyarakat.
3)
Bergaya
hidup sehat
Segala
upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4)
Disiplin
Mengerjakan
sesuatu dengan tertib, memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif, belajar
secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggungjawab.
5)
Kerja
keras
Perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugan dengan sebaik-baiknya.
6)
Percaya
diri
Menunjukkan
bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan dan tidak mudah
terpengaruh oleh ucapan orang lain.
7)
Berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif
Berpikir
dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara baru dari apa yang
telah dimiliki.
8)
Mandiri
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
9)
Ingin
tahu
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10)
Cinta
ilmu
Cara
berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan sesama
1)
Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap
tahu dan mengerti serta merealisasikan apa yang menjadi milik atau hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri serta orang lain.
2)
Patuh
pada norma sosial
Sikap
menurut dan taat terhadap aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
3)
Menghargai
karya dan prestasi orang lain
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
4)
Santun
Sifat
yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke
semua orang.
5)
Demokratis
Cara
berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
d.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan: Peduli sosial dan lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan
selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e.
Nilai
kebangsaan
1)
Nasionalis
Cara
berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, kultur,
ekonomi, dan politik bangsanya.
2)
Menghargai
keberagaman
Sikap
memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, kultur suku dan agama.[15]
Sedangkan dalam buku-buku yang lain
terdapat nilai-nilai pendidikan karakter selain yang disebutkan di atas, di antaranya
yaitu:
a.
Berpikir
jauh ke depan
Biasa berpikir
dahulu sebelum berbuat; berpikir untuk kepentingan sekarang dan yang akan
datang.[16]
b.
Cinta
damai
Sikap,
perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.[17]
c.
Tegas
Berani mengatakan
tidak terhadap sesuatu yang tidak baik/tidak benar; menghindari sikap dan
tindakan ikut-ikutan.[18]
5.
Bentuk-Bentuk Pendidikan Karakter
Menurut Yahya Khan, terdapat empat bentuk pendidikan karakter yang
dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan, antara lain:
a.
Pendidikan
karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan karakter yang berlandaskan
kebenaran wahyu.
b.
Pendidikan
karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi
sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.
c.
Pendidikan
karakter berbasis lingkungan.
d.
Pendidikan
karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.[19]
6.
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk menngkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan mengiternalisasikan nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.[20]
B.
Kepemimpinan
1.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih
tujuan. Kepemimpinan memiliki tiga unsur: 1) Adanya tujuan yang menggerakkan
manusia. 2) Adanya Sekelompok orang. 3) Adanya pemimpin yang mengarahkan dan
memberikan pengaruh kepada manusia.[21]
2.
Jenis-jenis
Kepemimpinan politik
Hadari Nawawi membagi pemimpin dilihat dari segi cara memimpinnya
kepada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a.
Kepemimpinan
otoriter, yaitu pemimpin yang menempatkan kekuasaan ditangannya sebagai
penguasa yang disebut atasan dan sejumlah orang yang dipimpin sebagai bawahan,
sehingga pihak atasan bertindak sebagai penguasa yang tidak dapat dibantah dan
orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan mempergunakan ancaman dan
hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya.
b.
Kepemimpinan
laissez faire, yaitu pemimpin yang menetapkan dirinya sebagai simbol,
karena dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan
sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan
secara perseorangan, pucuk pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya
berfungsi sebagai penasihat.
c.
Kepemimpinan
demokratis, yaitu pemimpin yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin diwujudkan dalam human
relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan menghormati.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat manusiawi
sebagaimana dirinya.[22]
3.
Syarat-syarat
Kepemimpinan
Untuk
menjabat sebagai pimpinan biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, persyaratan tersebut bertujuan agar semua program berjalan secara
efektif dan optimal. Menurut Nawawi persyaratannya antara lain sebagai berikut:
a.
Memiliki
kecerdasan atau inteligensi yang cukup baik. Dengan kata lain memiliki keahlian
atau keterampilan dalam bidangnya, serta berpengetahuan dan berpandangan luas.
b.
Percaya
diri sendiri dan bersifat membership, serta cakap bergaul dan ramah
tamah. Dengan kata lain, ia suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum
secara konsekuen dan bijaksana.
c.
Kreatif,
penuh inisiatif, memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi
lebih baik, serta tergolong organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
d.
Memiliki
keseimbangan/kestabilan emosional, sabar, jujur, rendah hati, sederhana, dapat
dipercaya, bijaksana, disiplin, berlaku adil, serta sehat jasmani dan rohani.
e.
Memiliki
semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta berani mengambil keputusan
dan beranggungjawab.[23]
4.
Sifat-sifat
Kepemimpinan Perempuan
Perempuan
memiliki sifat-sifat alamiah yang diberikan oleh Allah SWT yang membedakannya
dengan pria. Kajian-kajian kontemporer menunjukkan adanya beberapa sifat yang
dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk melaksanakan kepemimpinan dalam kondisi
yang sesuai baginya. Berikut ini beberapa sifat tersebut:
a.
Partisipasi
Jumlah wanita saat ini lebih dari setengah jumlah masyarakat. Kini
wanita memiliki peran dalam semua perubahan ideologi dan pemikiran. Salah satu
bentuk partisipasinya adalah musyawarah dalam proses pengambilan keputusan.
Wanita menyenangi musyawarah, mengungkapkan perasaan dan partisipasi. Ini
merupakan sifat yang baik dan dianjurkan oleh pakar manajemen kepada semua
pemimpin masa kini.
b.
Kelembutan
Perasaan kasih sayang dan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain
dan kondisi mereka akan membantu wanita dalam membangun hubungan-hubungan yang
sejati dan tulus, sehingga membuat para pengikut mencintainya dan bergerak
bersamanya menuju tujuan-tujuan bersama dengan penuh kesadaran.
c.
Kreatif
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita 25% lebih kreatif
daripada pria. Apabila kita tambahkan bahwa peran serta wanita dalam manajemen
perusahaan termasuk hal baru, semua ini memberikan kesempatan kepada wanita
untuk menunjukkan kemampuannya menemukan solusi-solusi yang belum pernah ada
dan menyumbangkan ide-ide pemikiran yang membantu perusahaan untuk mengubah
cara kerja mereka untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia yang terjadi
secara cepat.
d.
Memahami
kebutuhan-kebutuhan wanita
Wanita lebih mampu memahami kebutuhan-kebutuhan wanita daripada
pria karena wanita memiliki peran yang lebih besar dalam ekonomi.
Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan rumah tangga, pendidikan dan
kesehatan, berasal dari mereka dan juga karena mereka memiliki peran yang besar
dalam keputusan-keputusan yang penting seperti membeli rumah dan hal-hal lain.
e.
Pelimpahan
dan pemberian wewenang
Wanita lebih lembut dalam bekerja daripada pria. Mereka lebih
banyak memberikan wewenang bagi para pegawai-pegawainya daripada pria. Wanita lebih
banyak memberikan kebebasan dalam mengambil keputusan, sehingga menjadikan tim
lebih bersemangat dan solid.
f.
Berpandangan
jauh ke depan
Wanita lebih berpandangan jauh ke masa depan yang akan dating, baik
di dunia maupun di akhirat. Kajian-kajian telah membuktikan bahwa wanita lebih
semangat mencari informasi-informasi daripada pria, sehingga dengan begitu ia
memiliki pandangan yang lebih jauh dari pada pria.
g.
Komunikatif
Wanita lebih siap untuk berdialog daripada pria dalam kondisi yang
sama. Komunikasi dan dialog merupakan fondasi dalam manajemen kerja.
h.
Hubungan-hubungan
Wanita lebih cepat dan lebih kuat daripada pria dalam membangun
relasi dengan orang lain. Wanita lebih teliti daripada pria dalam menyadari
kesalahan-kesalahan yang dapat berpengaruh negatif bagi hubungannya dengan
orang lain.[24]
[1] Tim Penyusun
Pusat, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 981.
[2] Rohmat
Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
Nilai (Bandung: Alfabeta, 2011), 99.
[3] Khoiron
Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 114.
[4]Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 42.
[5] Hasan Basri, Filsafat
Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 3.
[6] M. Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 39.
[7] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 12.
[8] Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 40.
[9] Ibid.,
41.
[10] E. mulyasa, Manajemen
Pendidikan Karakter (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), 5.
[11] Ibid.,
3.
[12] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Impelementasi Aswaja
sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44.
[13] Listyarti, Pendidikan
karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 5
[14] Mohamad
Mustari, Nilai Karakter, Refleksi untuk Pendidikan. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), 11
[15] Mahbubi, Pendidikan
Karakter, Impelementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, 44-48.
[16] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 46.
[17] Listyarti, Pendidikan
karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, 7.
[18] Majid dan
Andayani, Pendidikan Karakter perspektif Islam, 52.
[19] Ibid.,
48.
[20] Mulyasa, Manajemen
Pendidikan Karakter, 9.
[21] Thariq M.
As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil,
Melahirkan Pemimpin Masa Depan
(Jakarta: Gema Insani 2005), 10.
[22] Moh. Romzi
Al-Amiri Mannan, Fiqih Perempuan, Pro Kontra Kepemimpinan Perempuan dalam
Wacana Islam Klasik dan Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2011), 31-32.
[24] Thariq M.
As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil. Melahirkan Pemimpinn Masa Depan,
206-213.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar