Rabu, 28 Oktober 2015

studi materi pai siang

MENGANALISIS Q.S LUQMAN (31): 13-14 DAN Q.S AL-BAQARAH (2): 83 SERTA HADITS TENTANG SALING MENASIHATI DAN BERBUAT BAIK (IHSAN), MEMAHAMI MAKNA IMAN KEPADA HARI AKHIR, MEMAHAMI MAKNA IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
STUDI MATERI PAI

 










Disusun oleh:
Siang Suryaningtias  :       210311150
        Kelas                           :       Tb. E

Dosen pengampu:
Erwin Yudi Prahara, M. Ag

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
JUNI 2014

MATERI
A.    Menganalisis Q.S Luqman (31): 13-14 dan Q.S al-Baqarah (2): 83 serta Hadits tentang Saling Menasihati dan Berbuat Baik (Ihsan)
1.      Menganalisis Q.S Luqman (31): 13-14
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Q.S Luqman:13)
Pada ayat diatas, Allah SWT memperingatkan kepada Rasulullah SAW nasihat yang pernah diberikan kepada putranya, waktu ia memberi pelajaran kepada putranya itu. Nasihat itu ialah: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari ayat ini dipahami bahwa diantara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya itu dapat menempuh jalan yang benar dan menjauhkan mereka dari kesesatan.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman:14)
            Pada ayat diatas, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan melaksanakan haknya.[1]
2.      Menganalisis Q.S al-Baqarah (2): 83
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسْناً وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنكُمْ وَأَنتُم مِّعْرِضُونَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. (Q.S. al-Baqarah: 83)
Pada ayat diatas, Allah mengingatkan Nabi Muhammad SAW, ketika Dia menetapkan atas Bani Israil janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah SWT, perintah berbuat kebajikan kepada orang tua dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah, berbuat baik kepada kerabat, orang miskin, anak yatim. Kemudian, Allah menyuruh mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia serta memerintahkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan shalat dan zakat, seperti yang digariskan Allah untuk mereka.[2]
3.      Hadits Saling Menasihati
إِذَا اسْتَنْصَحَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيَنْصَحْ لَه
Artinya: “Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR. Bukhari)
Di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar.
Pemberian nasihat merupakan pengingatan, dorongan dan pemberitahuan bahwa kita satu sasaran dan satu tujuan akhir. Semua orang senantiasa bersama-sama dalam menanggung beban dan mengusung amanat. Bila saling menasihati ini kita lakukan bersama-sama, di mana berbagai kecenderungan individu bertemu dan saling berinteraksi, maka akan menjadi berlipat gandalah kekuatan kita untuk menegakkan kebenaran.[3]

4.      Hadits tentang Berbuat baik (Ihsan)
عَنْ أَبِيْ يَعْلَى شَدَادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا القَتْلَةَ وَإِذَاذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذَّبْحَةَ وَلِيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحَّ ذَبِيْحَتَهُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya: “Dari Abi Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dengan hak), maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya serta melegakan sembelihannya.” (HR. Muslim).
Berbuat kebajikan (ihsan) itu ada dua macam:
a.       Berbuat baik dalam beribadah kepada Sang Pencipta, dengan menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Jika pun tidak melihat-Nya, maka Allah melihatnya. Yakni bersungguh-sungguh dalam menunaikan hak-hak Allah secara Ikhlas, dan menyempurnakannya.
b.      Berbuat baik berkenaan dengan hak-hak mahluk.
Berbuat baik pada dasarnya adalah wajib, yaitu anda menunaikan hak-hak mereka yang wajib, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, dalam berlaku adil dalam segala muamalat, dengan memberikan semua hak yang diwajibkan atas anda, sebagaimana kamu mengambil apa yang menjadi hakmu secara penuh.
B.     Memahami Makna Iman Kepada Hari Akhir
1.      Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Hari kiamat adalah hari di binasakan dan di hancurkan alam semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menujunkehidupan kekal di akhirat. Lalu Allah menciptakan alam lain yaitu alam akhirat.
Pada alam itu, manusia di bangkitkan dari kematian untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan sewaktu hidup di dunia. Oleh sebab itu, barang siapa yang kebaikannya melebihi keburukannya, tentulah oleh Allah akan di masukkan ke dalam surga. Barang siapa yang keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya, ia akan di masukkan ke dalam neraka.
Iman kepada hari akhir merupakan unsur terpenting di samping kepercayaan kepada Allah . Iman kepada hari kiamat adalah meyakini dengan sepenuh hati datangnya hari kiamat dan munculnya alam akhirat tempat manusia mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan sewaktu hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Hal itu merupakan salah satu sendi dalam rukun iman. Setiap muslim wajib mempercayainya,dan kafir bagi yang mengingkarinya.[4]
2.      Macam-macam Hari Kiamat
Para ulama membagi kiamat menjadi dua macam, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra.
a.       Kiamat Sugra adalah kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan masing-masing makhluk. Setiap makhluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang-binatang akan mati setelah masa hidupnya selesai. Tumbuh-tumbuhan juga akan mengalami hal yang serupa.
b.      Kiamat Kubra adalah kiamat besar, yaitu musnahnya alam semesta beserta segala isinya secara serempak atau berakhirnya seluruh kehidupan makhluk alam ini secara serempak.[5]
3.      Kehidupan sesuadah hari kiamat
Setelah kiamat berlalu,manusia akan menjalani kehidupan selanjutnya.Fase –fase kehidupan itu adalah sebagai berikut :
a.       Yaumul-Ba’as (hari kebangkitan dari kubur)
Kehidupan hari akhir dimulai dengan yaumul-ba’as yaitu bangkitnya seluruh makhluk dari kuburnya. Semua manusia, sejak manusia yang pertama hingga manisia yang terakhir dibangkitkan dari kubur. Kebangkitan itu ditandai dengan tiupan trompet malaikat israfil untuk yang kedua kalinya.
b.      Yaumul-Hasyr (hari berkumpulnya manusia)
Setelah fase yaumul-ba’as, manusia digiring satu tempat lapang yang bernama mahsyar. Disinilah seluruh bani adam dikumpulkan, mulai manusia yang pertama sampai manusia yang terakhir. Tidak ada satu pun yang ketinggalan diantara mereka.
c.       Yaumul-Hisab (hari perhitungan) dan Yaumul-Mizan (hari penimbangan)
Setelah manusia berkumpul dipadang mahsyar, manusia akan dihisab, dihitung, dan ditimbang  amal perbuatanya. Hisab adalah perhitungan semua amal manusia yang dilakukan selama hidupnya di dunia.


d.      Yaumul-Jaza atau Yaumul-Fasl
Setelah semua amal manusia dihitung dan ditimbang dengan teliti, tibalah saat yang terakhir, yaitu putusan Allah SWT untuk memberi balasan. Inilah yang disebut yaumul jaza’ (hari pembalasan) atau disebut juga yaumul fasl (hari keputusan). Allah SWT pasti akan memberi balasan secara adil. Orang yang berbuat jahat niscaya akan mendapat balasan yang tidak menyenangkan dan orang yang berbuat kebaikan niscaya akan mendapat balasan yang menyenangkan.
e.       Surga dan Neraka
Setelah mendapat keputusan dimana tempat mereka selanjutnya, manusia segera dibawa kesurga dan neraka.
Surga adalah tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam kenikmatan. Tempat tersebut disediakan Allah SWT untuk para hamba yang berbakti dan taat kepada-Nya. Penghuni surga disebut ashabul-jannah.
Neraka adalah tempat siksaan dan menjadi balasan bagi orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan. Neraka merupakan tempat yang disediakan Allah SWT untuk menyiksa iblis, jin dan manusia yang membangkang terhadap ketentuan-Nya sebagai pembalasan yang setimpal.[6]
4.      Hikmah Iman pada Hari akhir
a.       Mendorong manusia untuk lebih tekun beribadah dan berbuat kebajikan.
b.      Semua amal didunia akan dipetik hasilnya di akhirat nanti.
c.       Hari kiamat menjadikan manusia takut melakukan kejahatan karena adanya siksa api neraka.
C.     Memahami Makna Iman kepada Qadha dan Qadar
1.      Pengertian Iman kepada Qadha dan Qadar
Qadha menurut bahasa memiliki beberapa makna yang berbeda menurut perbedaan struktur kalimatnya, diantaranya berarti hukum, perintah, kabar.[7] Adapun qadha secara istilah adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk.
Adapun pengertian qadar secara bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran. Menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Beriman kepada qadha dan qadar ialah bahwa setiap manusia wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasannya segala sesuatu yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja, ataupun yang tidak di sengaja telha ditetapkanoleh Allah SWT sejak zaman azali dan sudah ditulis did alam Lauhul Mahfudz (papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua yang terjadi di dunia ini telah di ketahui oleh Allah SWT jauh sebelum hal itu terjadi.[8]
2.      Bukti-bukti adanya Qadha dan Qadar
Bukti adanya qada’ dan qadar dapat dilihat pada alam ini, termasuk pada diri manusia. Kapan dan dimana manusia lahir, manusia tidak dapat memilihnya. Ketika lahir kedunia, manusia tidak bisa memilih ibu dan bapak, tidak bisa memilih bangsa dan tanah air. Bahkan manusia tidak dapat memilih jenis kelamin laki-laki atau perempuan serta bentuk dan rupa dirinya sendiri. Semua itu telah ditakdirkan Allah SWT dan manusia tinggal menerimanya saja.
Bukti yang lain adalah ketentuan yang berhubungan dengan soal mati. Datangnya kematian merupakan misteri bagi semua makhluk. Kematian berada diluar kekuasaan makhluk dan semua makhluk tinggal menerimanya saja.
Benda-benda dialam ini, seperti matahari, bumi, bulan, bintang-bintang dan planet-planet juga menjadi bukti yang lain. Semua benda itu memiliki takdir yang tidak dapat dilanggarnya. Bumi bergerak mengikuti matahari dalam jangka waktu tertentu. Begitu juga planet-planet dan bintang-bintang lainnya. Semuanya berjalan teratur diangkasa raya sesuai dengan ketentuan umum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Semua itu disebut sunnatullah.[9]
3.      Fungsi iman kepada Qada’ dan Qadar
Untuk meningkatkan keimanan, seseorang perlu memahami fungsi iman kepada Qada’ dan Qadar berikut ini:
a.       Iman kepada qada’ dan qadar akan membuat seseorang semakin mantap dalam meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mengetahui, Maha Adil dan Maha Bijaksana.
b.      Iman kepada qada’ dan qadar akan menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada didalam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah SWT.
c.       Iman kepada qada’ dan qadar akan mendorong manusia untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan hukum-hukum Allah SWT yang kemudian dirumuskan dalam berbagai teori ilmu pengetahuan.
d.      Iman kepada qada’ dan qadar akan menumbuhkan sikap terpuji, sabar, bersyukur, bertawakkal, raja’, qanaah, optimis, dinamis, inovatif dan kreatif.
e.       Iman kepada qada’ dan qadar akan menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis dan statis.[10]


[1] Sonhadji, Zaini Dahlan, Chamim Prawiro. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 7. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1987), 631-637.
[2] Sonhadji, Zaini Dahlan, Chamim Prawiro. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 1. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1987), 158-163.
[3] www.dakwatuna.com. 4 Juni 2014.
[4] Rosihan Anwar. Akidah Akhlak, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2008), 173-174. 
[5] Khuslan haludhi dan Abdurrohim. Pendidikan Agama Islam, (Malang:Pt Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2012),31-33.
[6] Khuslan haludhi dan Abdurrohim. Pendidikan Agama Islam, (Malang:Pt Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2012),36-39.
[7] Agus Hasan Bashori. Kitab Tauhid 2.(Jakarta:Darul Haq,2006). 153.
[8] Rosihan Anwar. Akidah Akhlak, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2008), 189-191.
[9] Ibid., 152-153.
[10] Khaludhi Khuslan dan Abdurrohim, Pendidikan Agama Islam, (Malang:Pt Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2012),, 159
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. Akidah Akhlak, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2008.
Haludhi, Khuslan dan Abdurrohim. Pendidikan Agama Islam, Malang:Pt Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012.
Hasan Bashori, Agus. Kitab Tauhid 2. Jakarta:Darul Haq,2006.
http://www.dakwatuna.com. 4 Juni 2014.
Zaini Dahlan, Sonhadji dan Prawiro, Chamim. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 1. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1987.

Zaini Dahlan, Sonhadji dan Prawiro, Chamim. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 7. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1987.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar